Kepompong XXX 2: Sex Craze Nerd
Kepompong
Tasya melangkah pelan menuju pintu rumahnya.  Badannya terasa  sakit-sakit, terutama selangkangnnya yang baru saja  dihajar  habis-habisan oleh penis-penis dengan berbagai ukuran. Tapi ia  amat  menyukai perasaan ini, perasaan nikmat dan tidak berdaya, ketika  ia  menyerahkan tubuhnya sepenuhnya untuk digarap sebebas-bebasnya.  Perlahan  Tasya membuka pintu rumahnya diiringi derit engsel yang perlu   diminyaki.
“Sya, baru pulang?” terdengar suara ibunya dari dapur.
 ”Iya Bu. Ada ekskul dulu barusan.” Kata Tasya sambil bergegas menuju kamarnya.
Biasanya  sepulang sekolah, Tasya mencium tangan ibunya terlebih  dahulu, tapi  hari ini tubuhnya bau sperma yang disemprotkan semena-mena  hampir  keseluruh bagian tubuhnya oleh geng ranmor yang baru saja  menggarapnya.  Meski sudah dibersihkan, namun Tasya khawatir bau itu  masih bisa  tercium oleh ibunya, jadi ia bergegas menjauh.
“Sya, nggak makan dulu?” Seru ibunya ketika melihat anaknya menghilang dibalik pintu kamar.
“Nanti aja Bu, masih kenyang.” Kenyang karena kebanyakan menelan sperma dari pria-pria yang ejguelasi dalam mulutnya.
“Ya  udah. Tapi jangan lupa nanti makan ya, jaga kesehatan. Anak  kesayangan  ibu jangan sampai sakit.” Kata ibunya dari balik pintu yang  tertutup.
“Iya bu.”
Tasya  sedikit tersenyum. Ibunya masih menganggapnya sebagai gadis  kecil lugu  yang masih perlu dikelonin. Andai saja ibunya melihat  kelguean Tasya  beberapa jam yang lalu, ketika ia melayani nafsu  pria-pria kasar dengan  nafsu yang tidak kalah menggebu-gebu. Andai saja  ibunya melihat   ketika relung-relung tubuh Tasya dijejali penis demi  penis secara  bergantian. Andai ia tahu…
Tiba-tiba HP Tasya berbunyi, ketika ia melihat layarnya, tertera nama Hellen disana.
“Hai hai, ada apa Len?”
“Hai Sya. Gini, malem ini elo mau nggak nginep di rumah gue?”
“Nginep? Emang ada apaan, ortu lu pada pergi?”
“Nggak sih… Cuma pengen aja ngobrolin sesuatu.”
“Ngobrolin apaan sih?”
“Ada deh.”
“Ih sok misterius amat sih. Emang gak bisa besok aja di sekolah?”
“Ihhh sombong banget sih. Ini penting lho. Ayo dong Sya, pleasseee.”
“Iya, iya. Ntar gue nginep di rumah elo deh.”
“Siipp dah. See you later, muaachhh.”
Koneksi  pun terputus, sementara Tasya bertanya-tanya masalah penting  apa sih  yang hendak dibicarakan Hellen sampai-sampai ia tidak besok  menunggu  sampai besok?
**********   
“Hai Sya. Kata Hellen kamu mau nginep ya malem ini?” Tanya mamanya Hellen yang sepertinya sedang sibuk menyiapkan makan malam.
“Iya Tante. Hellen katanya lagi pengen ditemenin.”
“Aduh, emang geng de’Rainbow, nggak bisa dipisahin sebentar aja, lengket banget.” Canda mama Hellen.
“He he, biasa aja kok Tante.”
“Udah naek aja, Hellen ada tuh di kamarnya.”
“Oh iya, permisi Tante.”
Tasya  melengos pergi menuju kamar Hellen yang sudah ia hafal dimana   letaknya. Tasya hendak mengetuk pintu kamar Hellen ketika pintu itu   terbuka, menampakkan wajah Hellen yang tersenyum-senyum aneh.
“Hai Sya, udah nyampe?”
“Belom, masih di jalan! Ya udah nyampe lah!”
“Hi hi, sewot amat, lagi sensi ya? Masuk Sya.”
Tasya pun memasuki kamar yang girly banget namun juga dihiasi buku-buku tebal yang bertebaran dimana-mana.
“Aduh, kamar cewek kok berantakan gini sih?” Protes Tasya sambil memunguti buku-buku yang berserakan.
“Eh udah biarin aja gue yang beresin. Elo pasti masih capek kan?”
Gerakan Tasya terhenti “Capek? Maksud lu?”
“Ehh, nggaakk. Udah lu tiduran aja, biar gue yang beresin.”
Dengan  sedikit salah tingkah Hellen memberesi kamarnya sambil  bersiul-siul  nggak jelas, sedangkan Tasya memandangnya dengan tatapan  curiga.
*********
“Lagi ngapain Sya?”
“Eh?  Oh ini ngerjain PR Bahasa Inggris.” Jawab Tasya yang memang  tampak  mumet mengerjakan lembar-lembar soal PR diatas meja belajar  Hellen.
“Oh  yang itu? Nyontek punya gue aja, tuh ada di sebelah kanan elo.”  Kata  Hellen sambil menghanduki rambutnya yang basah, karena ia memang  baru  selesai mandi.
“Nggak ah, gue pengen ngerjain sendiri, kalau nyontek terus kapan bisanya?”
“He he tumben insyaf.” Canda Hellen sambil mengaduk-aduk tumpukan pakaiannya di lemari, mencari kaus tidur favoritnya.
Setelah  menemukan apa yang ia cari, Hellen membuka jubah mandi yang  ia kenakan  dan membiarkannya jatuh ke lantai, hingga sekarang ia berdiri  dengan  hanya mengenakan celana dalam saja. Hellen bukan termasuk cewek  populer  di sekolahnya, namun jika saja para cowok di sekolahnya  melihatnya  seperti ini, tidak diragukan lagi mereka pasti langsung  meneteskan air  liurnya melihat tubuh semolek dan putih mulus seperti  ini.
“Wah  nggak nyangka, ternyata Hellen si kutu buku bodinya bagus juga  ya?”  Canda Tasya dengan pandangan mata yang melekat pada setiap gerakan   Hellen, yang kini telah mengenakan kaus warna hijau bergambar Hello   Kitty di depannya.
 ”Eh? Biasa aja kali, bukannya bodi elo yang  bagus? Sampai-sampai  cowok-cowok itu nggak ada puas-puasnya…” Gumam  Hellen sambil melangkah  dan duduk di pinggir tempat tidurnya.
Meskipun  hanya gumaman yang tidak begitu jelas, namun terdengar  bagaikan petir  di telingan Tasya. Jantung berdetak kencang, dan ia  bertanya-tanya,  mungkinkan Hellen mengetahui rahasianya dan Chacha,  ataukah Hellen  hanya asal bicara saja?
“Maksud lu?” Meskipun sudah berusaha tenang, namun tak ayal suara Tasya bergetar ketika mengucapkannya.
“Apa?  Oh ituu… anu, sebenernya ini yang mau gue bicarakan sama elo…  soal  cowok-cowok dekil di rumah yang elo kunjungin tadi sore.”
Mendengar  ini, untuk sejenak waktu terasa berhenti bagi Tasya. Kaget,  bingung,  malu, marah, semua bergejolak dalam benaknya. Tanpa sadar  Tasya  bergerak cepat menghampiri Hellen yang masih duduk di pinggir  tempat  tidur dan menekan kedua bahunya.
“Elo… elo ngelihat semuanya?”
“I… iya.” Hellen bergumam pelan.
Lutut Tasya terasa goyah dan ia pun jatuh terduduk di lantai di hadapan Hellen.
“Sebenernya  Chacha udah cerita semuanya ke gue,soal penculikan itu…  dan juga soal…  perkosaann yang menimpa dia sama elo. Tapi dia pesen  supaya gue  pura-pura nggak tahu, jadi selama ini gue…”
“Chacha cerita sama elo?! Kenapa?”
“Soalnya… dia minta bantuan gue buat ngawasin elo…”
“Ngawasin gue, emang kenapa?”
“Kata  Chacha, sejak perkosaan itu, tingkah elo jadi agak aneh Sya.  Chacha  khawatir kalau… kalau ada apa-apa sama elo, jadi gue sama Chacha   gantian ngawasin elo.”
“Termasuk ngikutin gue sepulang sekolah?”  Tasya terdengar sedikit  geram, padahal saat ini yang ia rasakan adalah  malu yang teramat sangat.  Maklum, ia mengira bahwa selama ini ia  berhasil menutupi perasaan dan  perbuatannya dihadapan Chacha, tapi  ternyata Chacha menyadari perubahan  tingkah lakunya, bahkan mengajak  Hellen untuk mengawasinya.
“Iya… begitu deh… tapi… kenapa Sya?  Kenapa elo balik lagi ke tempat  itu?” Hellen perlahan mengelus rambut  di kepala Tasya yang kini  tertunduk lesu.
“Gue… nggak tahu Len. Gue… terus terang gue… suka dengan perlakuan mereka sama gue.”
Hellen tersentak mendengar pengakuan jujur Tasya. Ia sungguh tidak tahu harus berkata apa.
“Elo…  pasti nganggap gue cewek murahan ya Len? Nganggap kalau gue…  cewek  gila… sex” Kata terakhir itu hanya berupa bisikan pelan dari bibir   Tasya.
“Ihh nggak kok, suer nggak.”
Hellen yang kebingungan  melihat kelakuan sahabatnya itu lalu ikut  duduk bersimpuh dan medekap  Tasya dalam pelukannya. Tasya pun sesegukan  di bahu Hellen sambil balas  memeluknya, air matanya pun membasahi bagian  pundak Hellen. Hellen pun  mengelus-elus rambut Tasya, mencoba  menenangkannya, sampai akhirnya  gadis itu berhenti menangis. Tapi Hellen  merasakan ada sesuatu yang  aneh, hembusan nafas Tasya yang menerpa  lehernya terasa berat, dan  sebelum ia menyadarinya, sebuah kecupan panas  menerpa lehernya yang  putih mulus, mengirimkan getaran kesekujur  tubuhnya.
“Sya?”  Hellen mencoba melepaskan pelukannya, tapi dekapan Tasya  mengunci  lengannya dan sekaligus tubuhnya. Hellen pun Cuma bisa  membiarkan  kepala Tasya yang bergerak-gerak dilehernya, menciumi leher  Hellen si  bintang pelajar.
“Hellen… kamu wangi banget…” bisik Tasya di dekat telinga Hellen.
“Sya, kamu ngapain?” Erang Hellen.
Tasya  melepaskan pelukannya, tapi kedua tangannya memegangi kedua  bahu  Hellen.  Mata Tasya bertatapan dengan mata Hellen, keduanya  terdiam,  tidak yakin apa yang harus diperbuat. Akhirnya perlahan Tasya   mendekatkan bibirnya dan melumat bibir.
“Sya…” Desah Hellen  berusaha menolak ciuman sahabatnya, namun  kemudian matanya terpejam  ketika Tasya kembali mengulum bibirnya yang  mungil. Tasya pun tampak  rakus menghisap mulut gadis itu sampai air  ludah keduanya bercampur dan  belepotan.
Tangan Tasya pun bergerilya menyusup kebalik kaus yang  dikenakan  Hellen, merayap melalui perut, hingga akhirnya menggengam  induk buah  dada Hellen dan kemudian meremas-remasnya dalam sebuah  gerakan yang  teratur. Ibu jarinya bergerak mengulas-ngulas melingkari  puting susu  gadis itu, sambil sesekali memuntir-muntir puting susu  Hellen dengan ibu  jari dan telunjuknya.,Tangan Tasya pun semakin keras  meremas-remas  induk payudara Hellen hingga gadis itu tak terasa mulai  mendesah pelan.  Tasya tiba-tiba menghentikan ciumannya, membuat Hellen  diamdiam merasa  kecewa. TanganTasya menyingkapkan kaus Hellen keatas,  hingga  keindahan  dan kemulusan payudara Hellen pun tersingkap.
“Wahh,  ternyata Hellen si bintang pelajar punya toket sebesar dan  seindah  ini. Siapa sangka.” Kata Tasya yang sambil tersenyum nakal   mengelus-ngelus puncak buah dada Hellen yang memang terbilang montok dan   bulat sempurna, sungguh indah.
“Sya, jangan.” Mulutnya berkata tidak, tapi Hellen tidak berbuat apapun untuk menghentikan Tasya.
Tanpa berkata apa-apa, Tasya kembali menciumi leher mulus Hellen yang menebarkan wangi sabun mandi.
“Sshhh…  Ssssshhh Aaahhhh…” desahan suara Hellen terdengar semakin  memburu,  ketika ciuman Tasya semakin turun dan hinggap dipuncak buah  dada Hellen  dengan lidah bergerak kesana kemari seperti gerakan orang  sedang  menyapu. Bibir Tasya menyusuri seluruh permukaan bukit lembut dan   kenyal itu, sebelum akhirnya naik dan mengemut-ngemut payudara Hellen,   memubuatnya sesekali menahan nafas merasakan kehangatan mulut Tasya yang   rakus menghisap-hisap puncak buah dada gadis berkacamata itu. Tubuh   Hellen pun tampak kejang-kejang seiring dengan semakin kuatnya hisapan   Tasya di payudaranya.
“Owww. Akhhhh… jangan Sya. Ihhhh” tangan  Hellen berusaha  menyingkirkan kepala Tasya ketika mulutnya  mengigit-gigit kecil puting  susunya, namun tangan Tasya menangkap kedua  tangan Hellen dan  menguncinya kebelakang punggung. Jika Hellen serius  melawan, tentu seja  tenaga keduanya berimbang, namun Hellen pun hanya  melawan dengan  setengah hati, jadi dengan mudah Tasya bisa menahan  tangannya. Mulut  Tasya pun semakin buas mengecup, menggelitiki hingga  mengigit-gigit  puncak payudara Hellen dengan gemas.
“Aduhhh! Sya  jangann… gue nga mau ahhh… Owwww!!!”  Hellen masih  berusaha protes,  namun tiba-tiba merasa kecewa ketika Tasya menghentikan  gerakannya.
“Ya  udahhh. Tapi kalau elo nggak mau, gimana kalau lu yang mainin  punya  gue” Tasya menegakkan tubuhnya dan membuka kaus yang ia kenakan  berikut  bra yang ia pakai. Sehingga saat ini ia duduk bersimpuh  dihadapan  Hellen dengan bertelanjang dada.
Hellen hanya bisa terbengong  memandangi buah dada sahabatnya itu,  jadi Tasya pun menarik kedua  tangan Hellen dan menggenggamkannya pada  payudaranya.  Perlahan Hellen  pun mulai mengelusi buah dada Tasya yang  meskipun tidak begitu besar,  namun dihiasi putting kecoklatan yang  mengacung indah.   Jari telunjuk  Hellen pun memutari putting Susu  yang  sudah mengeras itu, diikuti oleh  tangan yang meremas-remas pelan bukit  payudara itu. Mata Tasya pun  sampai terpejam-pejam keenakan sedangkan  bibirnya sedikit terbuka dan  mendesis-desis. Melihat itu Hellen merasa  gemas dan langsung melumat  bibir sahabatnya itu dengan bibirnya, suara  kecupan dan sedotan pun  mulai terdengar diselingi desahan-desahan pelan  penuh kenikmatan.
Ciuman-ciuman  Hellen lalu menjalar turun, ke leher, hingga  kebelahan  dada Tasya,  lidahnya menjilati belahan dada gadis itu sebelum akhirnya   mengemut-ngemut buah dada Tasya. Hisapan-hisapan kuat Hellen membuat   bukit susu Tasya menjadi kemerahan, butir-butir keringat lembut pun   mulai muncul menghiasi payudara gadis itu, membuatnya  semakin mengkilap   indah dibawah sinar lampu dikamar.
“Leenn…”
Tasya  tiba-tiba mendorong kepala Hellen dan mendorong tubuhnya hingga   terbaring di lantai. Masih belum sadar apa yangterjadi, Hellen   merasakan celana dalamnya ditarik dengan keras oleh Tasya, spontan   Hellen mengangkat pinggulnya untuk memudahkan Tasya menarik lepas celana   dalamnya. Begitu celana dalam itu terlepas, kedua tangan Tasya  langsung  mengelus-ngelus paha Hellen dan mendorongnya hingga  mengangkang  lebar-lebar. Mata Tasya menatap nanar  gundukan bukit  mungil yang  terbelah tampak bersih dan terawat di selangkangan Hellen.  Kedua jari  telunjuknya lalu menguakkan bibir vagina Hellen, hingga  menunjukkan  keindahan isinya. Wajah Hellen langsung memerah karena  desakan birahi  yang meledak-ledak dikepalanya, ketika melihat ekspresi  wajah Tasya yang  kelihatan begitu bernafsu. Tasya perlahan menciumi  bagian dalam paha  Hellen, ciumannya kemudian terus turun kearah  selangkangan Hellen. Mulut  Tasya bergerak menuju liang vagina Hellen  yang dihiasi rambut yang  jarang. Tasya mengendus-ngendus sesaat,  mencium bau aroma birahi yang  sangat terasa sekali, sebelum akhirnya  mulai menjilati pinggirannya, dan  kemudian menaruh lidahnya di  tengah-tengah vagina Hellen, perlahan  lidah itu mulai mengorek-ngorek  belahan bibir vagina gadis itu. Rasanya  agak asin dan gurih tapi  sungguh membuat tergila-gila. Tasya pun  mempercepat jilatannya, membuat  Hellen mulai menggeliat tak menentu.  Dengan tangannya Tasya mencari  bibir vagina Hellen lalu membukanya  dengan menariknya ke samping,  lidahnya pun menerobos lebih dalam lagi,  membuat desahan Hellen makin  keras dan tanpa terasa  mulai mendorong  kepala kepala Tasya lebih  melekat ke selangkangannya, karena gemas dan  kegelian. Tarian lidah  Taysa membuat Hellen makin keenakan dan kegelian,  pinggulnya  mulai  bergoyang tak menentu. Apalagi ketika Tasya menemukan  benjolan kecil  pada vagina Hellen. Dengan jarinya, Tasya membuka  penutup clitorisnya  dan lantas mengusap dan mengggesek tombol kecil itu.  Diikuti lidahnya  yang menyelusup masuk ke dalam vagina Hellen yang  makin basah.
Tanpa  sadar Hellen mulai meremas-remas buah dadanya sendiri, dan  ketika  Tasya menghisap clitorisnya perlahan, Hellen mengepit kepalanya  di  antara kedua pahanya, dan menggeliat pada waktu yang bersamaan.
“Sya… Sya… Please… don’t… don’t stop.” Rintihnya perlahan.
Lidah  Tasya makin menari-nari di dalam vagina Hellen sedangkan satu   tangannya menyusup kedalam celana pendeknya  dan memainkan vaginanya   sendiri yang juga sudah basah kuyup. Diamuk birahi seperti ini, Tasya   makin bersemangat dan perlahan memasukkan jari kecilnya di lubang vagina   Hellen yang masih perawan. Jari kecil pun berganti dengan jari   telunjuk, ketika tiba-tiba badan Hellen mulai mengejang dan bergetar   pelan.
“Syaaa…” Hellen merintih cukup keras yang mungkin terdengar sampai keluar kamarnya.
Tasya  masih mengisap, dan kadang-kadang menjilati bagian dalam vagina  Hellen  ketika merasa himpitan paha Hellen tiba-tiba mengejang, dan  vaginanya  memuntahkan lendir yang berwarna putih bening yang kemudian  dihisap dan  dijilati Tasya dengan penuh semangat.
“Ahhhhhhh….!! Crrr Crrrttt” Hellen meliukkan tubuhnya, mengejang kemudian terbaring lemas.
Tasya  menghentikan jilatannya dan mulai bergerak naik, menciumi  perut, dada,  leher, hingga akhirnya melumat bibir Hellen yang setengah  terbuka. Dan  lendir yang tadinya memenuhi mulut Tasya pun belepotan di  mulut  keduanya,bercampur air liur.
“Hi hi, mulut kamu bau.” Canda Hellen ketika Tasya menghentikan lumatannya.
“Emang  itu salah siapa? Salah kamu kan? Memek punya kamu.” Balas  Tasya sambil  mencubit pinggang Hellen. Keduanya pun tertawa cekikikan,  sampai  akhirnya keduanya terbaring bersebelahan sambil berpelukan.
“Sya…”
“Hmm.”
“Kalau mainnya ama cowok, apa seenak barusa?” Tanya Hellen dengan pandangan sedikit menerawang.
“Hmm, susah jelasinnya.”
“Kok susah?”
“Abis beda rasanya, gak bisa dibandingin. Kayak makan jeruk sama apel, beda aja.”
“Gue pengen coba Sya… ML sama cowok.”
“Nanti aja kapan-kapan. Sekarang lu masih punya hutang ama gue.”
Tasya bergerak menindih Hellen dan kembali melumat bibir Hellen.
“Sya…” Desah Hellen.
Dan  yang terdengar sesudah itu hanyalah sebuah melody yang panas dan   membakar birahi. Melodi desahan dan rintihan dua gadis remaja yang   sedang memuaskan nafsu birahi. Berdua dalam sebuah kamar yang tertutup.
***********
Sudah  tradisi geng de’Rainbow untuk pergi jalan-jalan pada malam  minggu  bareng-bareng, maklum semua anggotanya termasuk golongan Jojoba  alias  Jomblo-jomblo bahagia. Tempat yang mereka pilih kali ini adalah  sebuah  pusat perbelanjaan yang baru dibuka beberapa minggu yang lalu,  tentu  saja niatnya sama sekali bukan untuk belanja, melainkan sekedar   jalan-jalan saja, syukur-syuku bisa nemu orang yang bisa mengakhiri   status jomblo mereka. Saat itu Hellen dan Tasya berjalan paling depan   sambil bergandengan tangan, Chacha berjalan sendirian dengan kepala   sedikit tertunduk, sedangkan Indra dan Bebi berada paling belakang agak   menjauh.
“Ndra, lu perhatiin gak ada yang aneh sama Tasya, Hellen, dan Chacha belakangan ini?”Tanya Bebi.
“Aneh? Aneh bagaimana?”
“Ih,  itu lho, Chacha keliatan agak down n murung. Trus Tasya sama  Hellen  kok kayaknya lengket banget belakangan ini, kemana-mana berdua  terus,  sekarang aja jalan pake gandengan tangan segala.”
“Oh, kalo Chacha  emang keliatannya sih lagi ada masalah, tapi dia  nggak mau bilang ada  apa. Tapi kalo Tasya ama Hellen kayaknya  wajar-wajar aja, namanya juga  temen wajar dong kalau lengket.”
“Ih tapi ini lengketnya nggak wajar Ndra, mereka udah kayak…”
“Kayak apa?”
“Kayaakkk… orang pacaran.”
“Hushh, ngawur banget sih lu. Masak mereka pacaran? Emangnya mereka lessb…”
“Eh  siapa tahu, gara-gara kelamaan jomblo mereka jadi lesbi. Lagian  cewek  kan beda sama cowok, cewek tuh kalau emang suka dan cinta, cowok  atau  cewek nggak ada bedanya.”
“Akh ngawur ngawur. Udah ah.” Indra  menutup pembicaraan, tetapi dalam  benaknya langsung membayangkan adegan  mesra antara Hellen dan Tasya,  lengkap dengan desahan dan rintihan  antara mereka berdua.
“Duh, ngawur… kacau ini kacau.” Desisnya pelan sambil menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan mesum di benaknya.
***********
Selepas  bel istirahat berbunyi, seperti biasa kantin sekolah langsung  diserbu  ratusan siswa kelaparan yang mencari pengganjal perut, diantara  ratusan  siswa tersebut terselip juga Chacha dan Bebi, tapi Tasya dan  Hellen  tidak terlihat bersama mereka.
“Beb, si Tasya sama Hellen kemana?”
“Oh, mereka katanya mau ke WC dulu.”
“Ke WC…?” Chacha sedikit merenung dan hanya mengaduk aduk milkshake pesanannya tanpa meminumnya.
 ”Lu perhatiin nggak Beb, kalau belakangan ini mereka kemana-mana selalu berdua terus?” Kata Chacha kemudia.
“Ih  ih persis,bener tuh. Gue juga ngomong gitu ama Indra, tapi dia  nggak  percaya. Kata Indra gue Cuma bayangin yang nggak-nggak, tapi  menurut  gue mereka tuh kayak orang lagi… pacaran.”
“Pacaran…?” gumam Chacha dengan pandangan menerawang.
*********
Sementara  itu Tasya dan Hellen memang sedang berada di WC sekolah,  tapi bukan  untuk menuntaskan hajat, melainkan untuk menuntaskan hasrat  yang lain.  Di salah satu bilik WC tersebut, Tasya dan Hellen sedang  berciuman  dengan penuh nafsu dan nafas yang memburu.  Bibir keduanya  berpagutan  saling berkulum mesra, keduanya sudah dikuasai oleh hasrat  birahi.  Tasya mendorong tubuh Hellen hingga ia tersandar di tembok,  ciuman  keduanya menjadi liar dan Tasya pun menjelajahi leher dan rahang  Hellen  sambil memeluk pinggangnya erat. Hellen pun memejamkan matanya   menikmati perlakuan teman satu gengnya tersebut. Hellen menurunkan   tangannya dan menarik rok seragam Tasya naik lalu menyelinap masuk,   hingga menyusup ke dalam celana dalam yang dikenakan Tasya, dan   menyentuh vagina Tasya hingga pemiliknya menjerit pelan. Hellen   menjentik-jentikkan jarinya di clitoris Tasya sambil terkadang   memilin-milinnya, hingga Tasya merasakan geli dan kenikmatan yang luar   biasa dari bawah sana. Tasya pun menggelinjang-gelinjang tak tahan.   Tasya membalasnya dengan membuka dua kancing teratas seragam Hellen dan   menyusupkan tangannya kesana, meremas-remas gundukan daging disana,   sementara jari-jari Hellen terus beraksi di dalam lubang kewanitaan   Tasya, menusuknya, menariknya masuk, dan begitu terus. Kenikmatan   mengaliri tubuh Tasya menguasai sekujur tubuh dan membuatnya semakin   menggelinjang-gelinjang kegelian. Tiba-tiba sebuah gedoran keras di   pintu terdengar membahana mengagetkan keduanya. Tasya dan Hellen dengan   cepat menghentikan perbuatan mereka dan merapikan pakaian mereka yang   acak-acakan.
“Ada orangnya.” Teriak Hellen.
“Iya tahu, Hellen sama Tasya kan? Ayo keluar, gue mau ngomong.” Sebuah suara yang tidak asing lagi terdengar.
Tasya  dan Hellen bergegas keluar dari bilik WC tersebut, dan diluar  sudah  menanti Claudya, musuh bebuyutan geng de’Rainbow, menatap keduanya   dengan pandangan sinis dan senyum penuh kemenangan.
“Mau apa sih lu? Tuh WC yang lain kan pada kosong.” Kata Hellen dengan ketus.
“Lho,  siapa yang bilang gue mau ke WC? Gue Cuma mau nunjukkin ini  sama  kalian.” Claudya menggerakkan tangannya yang tadinya tersembunyi di   balik punggung. Di tangannya tergenggam HP canggih lengkap dengan   kamera beresolusi tinggi. Claudya mengacungkan HP tersebut dan di   layarnya terputar rekaman video. Bukan rekaman video biasa, melainkan   adegan hot antara Hellen dan Tasya di dalam WC barusan, tampaknya   diambil lewat bagian atas pintu WC yang memang dilapisi kaca tembus   pandang. Rekaman tersebut memang tampak bergoyang-goyang, namun ada   beberapa bagian yang di zoom, dan tampak jelas siapa dan sedang apa   Tasya dan Hellen didalam WC tersebut.
“Ahh itu!” Hellen memekik  tertahan, sedangkan Tasya spontan bergerak  untuk merebut HP tersebut  dari tangan Claudya, namun Claudya lebih gesit  menarik tangannya dan  menyimpannya ke belakang punggung.
“Eitts enak aja mau ngerebut barang orang.” Ejeknya.
“Claudya… hapus rekaman itu, kalau nggak…” Ancam Hellen.
“Kalau nggak apa? Emang gue takut ama lu? Ha ha ha, ngimpi kali.” Ejek Claudya sambil ketawa,
“Claudya, mau lu apa si?” Tanya Tasya yang mulai geram.
“Mau  gue? Gue mau kalian membubarkan geng bulukan kalian itu,  sekarang  juga! Kalau nggak, gue bakalan sebarin rekaman ini ke anak-anak  satu  sekolah, biar mereka pada tahu kalau geng de’Derainbow itu isinya   adalah cewek-cewek penyuka sesama jenis.”
“Claudya! Lu jangan berani-berani…”
“Heh,  ya iyalah gue berani, siapa takut sama cewek cungkring dan kutu  buku  kayak kalian berdua. Lagian selama rekaman ini ada di gue, kalian   emangnya bisa apa?” Ejek Claudya sambil tertawa puas.
Hellen dan Tasya berpandangan sejenak, mereka tahu kalau mereka nggak punya pilihan selain menuruti keinginan Claudya.
“Oke, kalo kami membubarkan de’Rainbow, lu akan menghapus rekaman itu kan?” tanya Hellen.
“Ya  nggak lah! Gue bakalan simpen rekaman ini sebagai asuransi,  supaya  kalian nggak bakalan nyambung lagi abis itu. Pokoknya selama  rekaman  ini ada ditangan gue, kalian nggak boleh ketemuan apalagi  ngumpul  bareng. Pokoknya persahabatan kalian harus putus.”
“Lu keterlaluan banget sih?!”
“So  what gitu lho? Toh kalian nggak punya pilihan lain. Denger  ya,bubarkan  de’Rainbow, atau tanggung akibatnya.” Claudya melambaikan HP  di  tangannya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan Tasya dan  Hellen  yang kebingungan.
“Sya, gimana ini? Kita mesti gimana?”
“Tenang Len, semua pasti ada jalan keluarnya.”
“Tapi kita mesti ngomong apa sama Chacha, Bebi, dan Indra?”
“Kita nggak bakalan ngomong apa-apa sama mereka.”
“Lho, terus Claudya?”
“Dia  gak bakalan nepatin janjinya, cepat atau lambat rekaman itu  pasti akan  nyebar keseluruh sekolah, mungkin malah keseluruh Indonesia.”
“Ihh kok malah nakutin gitu sih Sya?”
“Satu-satunya cara kita mesti ngerebut HP beserta rekaman itu.”
“Tapi gimana caranya?”
“Tenang  Len, gue ada rencana.” Pandangan Tasya ketika mengatakan  kalimat itu  amat serius, bahkan menakutkan, sehingga Hellen sedikit  gemetar  melihatnya.
*********
Malam itu Claudya senyum  senyum sendiri dalam kamarnya. Tangannya  menggenggam HP berisi rekaman  Tasya dan Hellen yang ia mabil tadi siang.  Dengan rekaman ini,  keinginannya untuk membubarkan geng de’Rainbow  akhirnya tercapai, dan  rasa iri dan dendamnya akan kepopuleran geng  tersebut di sekolah  akhirnya akan menemui pembalasan yang memuaskan.  Tentu saja setelah  geng tersebut bubar, Claudya diam diam akan  menyebarkan rekaman  tersebut melalui internet, hingga tuntaslah rencana  pembalasan yang ia  susun. Tidak cukup hanya dengan membubarkan, ia juga  harus  menghancurkan seluruh anggota de’Rainbow! Tiba-tiba terasa HP nya   bergetar, tanda ada yang menghubunginya. Nomer HP siapa nih? Pikirnya   ketika ternyata no yang menghubunginya tidak terdaftar dalam buku   telepon HP-nya.
“Halo.”
“Claudya? Ini Tasya.”
“Oh kamu… mau apa pake nelpon-nelpon segala?”
“Gue  sama Hellen udah keluar dari geng de’Rainbow dan gak akan  temenan lagi  sama semua anggotanya, tapi Chacha sama Bebi bukan urusan  kita, kita  nggak bisa ngapa-ngapain kalau mereka mau nerusin geng  de’Rainbow.”  Kata-kata Tasya terdengar tajam.
“Oh gitu… oke gue terima. Biar  Bebi sama Chacha jadi urusan gue, tapi  lu harus pegang janji dan jauhin  mereka semua, termasuk Hellen temen  lesbian lu.”
“Oke gue janji, tapi sebelumnya gue mau bicara langsung sama lu.”
“Ya udah, ngomong aja.”
“Nggak lewat telepon, gue mau ketemu langsung, sekarang juga.”
“Aduuhh  banyak tingkah amat si lu?! Gue lagi males ke luar nih.”  Claudya  melirik jam dinding dan melihat jam menunjukkan pukul 7 malam,   terhitung masih pagi memang.
“Sebentar aja, gue ada di depan rumah lu, lu tinggal keluar aja.”
“Depan rumah gue? Ngapain lu kesini…? Ya udah, tunggu sebentar.”
Claudya  menutup hubungan, lalu bangkit dan mengenakan jaket  kesayangannya  sebelum akhirnya bergegas menuju keluar rumahnya. Tidak  lupa membawa HP  yang berisi adegan panas antara Tasya dan Hellen itu.
“Eh, mau kemana jam segini?” Mama Claudya yang memergokinya ketika membuka pintu keluar bertanya.
“Mau nyari snack dulu ke BeastMart.”
“Aduh, kan bentar lagi makan malem?”
“Ya ampun ma, snack doang gitu lho, bentar lagi juga dah laper.”
“Ya udah, tapi jangan lama-lama.” Kata mamanya.
“Iya.” Claudya berkata pendek sebelum melangkah meninggalkan rumahnya melewati gerbang.
Di  luar ia celingukan sejenak mencari Tasya, hingga matanya tertumbuk   pada sesosok tubuh yang melambai dari sudut jalan yang gelap karena   lampu jalan di bagian tersebut mati. Claudya pun menghampiri Tasya.
“Ih ngapain sih pake gelap-gelapan gini? Sok misterius banget.” Ketus Claudya.
“Kan biar enak.”
“Enak apanya?”
“Enak nyuliknya.”
Claudya  terlambat menyadari ketenangan dalam nada suara Tasya. Ia  juga  terlambat menyadari ketika beberapa sosok bayangan melompat dari   kegelapan dan langsung mengurung dan memegangi tubuhnya, termasuk   membekap mulut dan hidungnya dengan segumpal kain yang menyebarkan bau   wangi yang memusingkan kepala. Matanya sempat tertumbuk pada wajah Tasya   yang memancarkan ekspresi aneh, ekspresi yang tidak pernah ia lihat   sebelumnya, menakutkan. Lalu kesadarannya pun menghilang, hanya gelap.
********        
Kesadaran  Claudya perlahan mulai kembali. Ia membuka matanya yang  masih terasa  berat bagai diganduli batu. Kepalanya pun terasa amat  pusing dan  seluruh ruangan tempat ia berada terasa berputar. Tunggu…  ruangan?  Claudya mecoba memfokuskan penglihatannya dan melihat  sekeliling  ruangan yang sama sekali tidak ia kenal. Ia mencoba bangkit,  tapi tidak  bisa, karena tangannya terikat pada kepala ranjang besi  tempat ia  berbaring. Ia mencoba menggerakan kakinya, namun ternyata  kakinya pun  terikat. Tapi bukan hanya itu yang menganggetkannya, yang  lebih  membuatnya terkejut, ia terbaring terikat di ranjang tersebut  dengan  telanjang bulat! Ia tidak tertutup secarik kain pun, apalagi  tubuhnya  terikat membentuk huruf x, hingga kedua kakinya mengangkang,   memperlihatkan vaginanya yang tidak tertutup apapun. Ia merasa panik dan   mulai meronta sekuat tenaga, hingga menimbulkan bunyi derit ranjang  dan  benturan besi dengan lantai dan tembok. Tidak lama kemudian pintu  kamar  tersebut terbuka, dan lima orang pria berwajah seram dan dekil  memasuki  kamar tersebut, diikuti oleh… Tasya dan Hellen!
“Udah bangun neng?” Kata salah satu pria tersebut.
“Tasya…  Hellen?! Kalian… mau apa?! Lepasin gue!” Meski mencoba  memberanikan  diri, namun melihat pandangan buas pria-pria seram yang  melekat pada  tubuh telanjangnya, membuatnya ketakutan setengah mati.
Tanpa  menjawab pertanyaan Claudya, Tasya menggerakan tangannya yang  ternyata  menggenggam handicam kecil dan mulai mengarahkannya pada tubuh   telanjang Claudya yang terikat tak berdaya.
“Rekaman di HP lu, lu  bikin kopiannya?” Kata Tasya dingin sambil  bergerak memutari ranjang  tempat Claudya berbaring, memastikan handicam  di tangannya merekam  setiap jengkal tubuh telanjang Claudya.
“Sya… Sya… tolong, lepasin  gue Sya.” Claudya kini mulai dicengkram  rasa takut dan air mata pun  mulai mengalir dari kedua bola matanya.
“Rekaman di HP lu, lu bikin kopiannya?” Kata Tasya dingin, seakan tidak mendengar permohonan Claudya.
“Sya…”
“Jawab! Lu bikin kopiannya nggak?!” Bentak Tasya keras.
Hellen  yang Cuma berdiri di belakang sempat terkejut mendengar  bentakan  Tasya. Selama mereka berteman, baru kali ini Hellen mendengar  Tasya  membentak seperti itu.
“Nggak… nggak, gue nggak bikin kopiannya.” Kata Claudya di sela isak tangisnya.
“Bener?”
“Suer.”
Tasya  menurunkan tangannya dan berhenti merekam seluruh kejadian  tersebut.  Ia lalu duduk diatas ranjang disamping tubuh telanjang Claudya  sambil  perlahan membelai-belai rambut di kepala musuh bebuyutannya itu.
“Denger  ya, gue udah hapus rekaman itu dari HP lu, jadi sekarang lu  nggak bisa  ngapa-ngapain kita. Justru sebaliknya, gue punya rekaman ini   sekarang.” Kata Tasya sambil menunjukkan Handicam di tangannya.
“Dan  sekarang pun kalau gue mau, gue bisa ngancurin hidup lu dengan   menyuruh temen-temen gue ini ngegarap lu habis-habisan sambil gue rekam.   Dan lu bisa jadi bakalan jadi bintang bokep paling terkenal di   internet, kalau rekaman itu gue sebar ke seluruh dunia.”  
 ”Sya…  jangan Sya. Lu kan anak baik, masa lu tega sih.” Wajah Claudya  memucat  ketika mendengar ancaman tersebut, dan ia hanya bisa  memohon-mohon  meminta belas kasihan.
“Hmm gimana yaaa…? Kayaknya temen-temen gue  udah nggak tahan tu liat  bodi mulus kamu gini. Iya nggak brur?” Kata  Tasya kepada pria-pria yang  berada di dalam kamar tersebut.
“Lha  iya lah Sya. Udah, biar kita garap aja ni cewek rame-rame.   Berani-beraninya ngancem Tasya, cewek kesayangan kita.” Kata salah satu   dari mereka.
“Jangan Sya, please jangan…” Claudya semakin ketakutan.
“Oke,  kalau gitu sekarang gue akan lepasin lu. Tapi inget, jangan  pernah  lagi lu ganggu gue atau temen-temen gue. Daannn… mulai sekarang,  kalau  gue suruh apapun sama lu, lu harus melaksanakan perintah gue,  apapun  itu. Mengerti?!” hardik Tasya.
“Iya, iya Sya. Gue janji.” Karena tidak ada pilihan lain, Claudya terpaksa setuju.
“Bagus.  Brur, lepasin dia, kasih balik bajunya, terus anterin pulang  ya.” Kata  Tasya sambil menepuk bahu salah satu pria kasar tersebut.
“Lepasin Sya? Yaa apa nggak sayang? Kita celup dulu boleh ya?” Kata salah satu pemuda yang tampak amat bernafsu tersebut.
“Nggak  boleh. Jangan diapa-apain, balikin ke rumahnya.” Kata Tasya  Sambil  bergegas meninggalkan ruangan tersebut, diikuti Hellen.
 ”Aduh Sya, lu sempet bikin gue takut. Kirain lu bakalan nyuruh mereka buat bener-bener merkosa si Claudya.”
“Ya  enggak lah. Gue nggak sejahat itu. Tapi liat aja, kalau Claudya  masih  juga ganggu kita, gue gak bakalan segan lagi.” Ekspresi wajah  Tasya  yang tadi begitu serius dan dingin, kini kembali ceria seperti  biasa.
“Sya,  masa sih celup aja nggak boleh?” Si pemuda kasar yang tadi  protes kini  keluar dari kamar dan kembali kembali menyatakan  keberatannya.
“Ih  lu tu Den, emang nafsuan banget sih orangnya. Lu mikirin perasaan  gue  dong. Yang minta bantuan lu buat nyulik dia kan gue, berarti dia  adalah  tanggung jawab gue Den. Kalau sampai dia ngapa-ngapain, gue yang  mesti  tanggung jawab, gue nggak mau itu.” Kata Tasya.
“Iya iya,  gue ngerti.” Deden tampak bersungut-sungut. “Tapi sebagai  gantinya, lu  harus ngelayanin gue malem ini, gimana?” Wajah Deden  kembali berbinar  nakal.
“Enak aja lu doang. Kita kerja bareng-bareng, enaknya juga   bareng-bareng dong.” Empat orang pria yang juag termasuk komplotan geng   ranmor itu akhirnya keluar kamar sambil salah satunya membopong tubuh   Claudya yang sudah berpakaian lengkap, namun tampak tak sadarkan diri.
“Iya ah, berisik lu pade. Gue kan udah janji mau nginep disini malem ini. Itu bayaran atas bantuan kalian kan?”
“He  he, siip dah. Tapi temen lu itu gimana, dia ikut nginep nggak?”  Tanya  salah satu dari mereka yang bernama Sigit, sambil mengarahkan   pandangannya pada Hellen.
Tasya melirik sejenak kearah Hellen yang tampak tertunduk malu.
“Tau, tanya sendiri sama dia.” Kata Tasya.
“Gimana Neng, mau nginep disini nggak malem ini? Kita senang-senang sepuasnya.” Kata orang yang bernama Iwan.
Setelah ragu-ragu sejenak, Hellen pun mengangguk pelan.
“Naah gitu dong! Asyikk kita senang-senang malem ini.” Kelima pria tersebut langsung cengar-cengir nggak jelas.
“Ih  udah ah, cepetan anterin Claudya balik ke rumahnya, ntar  keluarganya  keburu panik lagi nyariin dia. Tenang aja, abis kalian  balik, kita  pasti masih disini kok.”
Kelima pria tersebut tampak  berunding sejenak, diikuti oleh gerakan  hompimpa antara mereka. Dua  orang pria tersebut mengeluarkan erangan  kecewa sambil kemudian  bergerak keluar melalui pintu sambil membawa  tubuh Claudya yang masih  tak sadarkan diri. Sementara 3 orang pria yang  tersisa kini menatap  Tasya dan Hellen dengan pandangan “lapar”.
“Kan nggak perlu kita  semua yang nganter, bagaimana kalau kita mulai  duluan pesta ini.” kata  Deden sambil menatap Hellen, barang baru yang  belum terjamah  sebelumnya.
“Sya…” Gumam Hellen perlahan, bernada ketakutan.
“Lu takut Len? Mau kita batalin aja apa?” Bisik Tasya.
“Nggak usah… gue juga pengen… tapii gue agak-agak takut.”
“Tenang aja Len.”  Tasya berusaha menenangkan Hellen yang tampak amat gugup menghadapi pengalaman pertamanya ini.     
Ketiga  laki-laki berwajah sangar dihadapan mereka dengan terburu-buru  membuka  pakaian mereka masing-masing, hingga akhirnya ketiganya  menampakkan  tubuh kasar dan berotot, lengkap dengan  batang penis yang  hitam  teracung-acung dan bergoyang ketika ketiganya menghampiri Tasya  dan  Hellen. Kedua gadis itu kini dikepung oleh tiga batang penis yang  sudah  siap untuk menghujam dan mereguk habis kenikmatan dari tubuh kedua   gadis cantik itu. Tasya tersenyum kecil kemudian membuka kausnya   berikut bra yang ia kenakan. Ia lalu berlutut seakan-akan menyerah dalam   todongan tiga batang penis yang terangguk-angguk itu. Mulut Tasya   langsung mengemut kepala penis Deden, sedangkan kedua tangannya   mengocok-ngocok batang kemaluan Iwan dan SIgit.
“Sya… jangan Si Deden doang dong!! gantian dong ngemutnya..!”
“Iya nih.. Emutin kontol gue juga dong!” protes Iwan.
Tasya pun mulai bergantian melumat dan mengemut-ngemut penis ketiga orang itu yang terkekeh keenakan
“Mmmhh…seeepp…ckkk…ckkk”  mulut gadis itu berdecak-decak ketika  mengulumi tiga batang penis yang  hitam dan baunya tidak sedap, sedangkan  Hellen hanya terbengong  melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Hellen, sini.” Ajak Tasya ketika melihat Hellen hanya terbengong.
“Eh,  iya.” Hellen pun berjalan menghampiri Tasya, dan ketika sudah  sampai  di sampingnya, Tasya menarik tangan sahabatnya tersebut hingga  Hellen  ikut berlutut di sebelah Tasya, dan sama-sama berada dibawah  todongan  tiga penis hitam para pemuda kasar tersebut. Tasya meraih  tangan Hellen  dan meletakkannya pada batang kemaluan Iwan.
“Ayoo.. lu kocok-kocok sambil jilatin” Tasya mengajari Hellen untuk memainkan penis.
Hellen  si bintang pelajar merasakan perasaan yang aneh, ketika  merasakan  denyutan-denyutan hangat batang Iwan dalam genggaman telapak  tangannya.  Tiba-tiba saja keraguannya menguap , sirna entah kemana.  Tangannya  dengan perlahan mulai mengocok-ngocok batang penis itu, lalu  Hellen  menggunakan mulutnya untuk  menciumi batang penis Iwan yang hanya  bisa  meringis-ringis keenakan. Lidah Hellen pun terus menari-nari  diatas  kepala penis Iwan yang bentuknya mirip helm. Deden lalu ikut  berlutut  dibelakang Hellen,  lalu meraih ujung kaus yang dikenakan  Hellen dan  menariknya keatas. Hellen yang tahu maksud Deden lalu  mengangkat kedua  tangannya keatas untuk memudahkan Deden membuka  kausnya. Deden tidak  lupa membuka kancing bra Hellen dan menariknya  keatas, hingga Hellen  kini berlutut dengan bertelanjang dada,  memperlihatkan payudaranya yang  amat montok, putih dan mulus. Kedua  tangan Deden langsung  meremas-remas payudara gadis itu dari belakang,  kemudian jari tangannya  mencubit dan menarik-narik puting susunya,  sesekali  dipelintir-pelintirnya puting itu sampai Hellen merintih  keenakan.
“Njing… kecil-kecil toketnya montok banget… hmmm pentilnya oke juga nih.” Deden masih sempat-sempatnya berkomentar.
“Len,  jilatin bijinya juga. Cowok suka kalo bijinya dijilatin.” Bisik  Tasya  di kuping Hellen, memberi ilmu cara memuaskan lelaki.
Mendengar  itu,  jilatan dan ciuman Hellen kini turun ke buah pelir  Iwan yang  bertekstur kasar, lidahnya terjulur-julur keluar  mengulas-ngulas biji  pelir si preman sambil sesekali mengulumnya dengan  mulut dan  menyentilnya dengan lidah, membuat si pemilik biji makin  blingsatan dan  hanya bisa meremas-remas rambut Hellen yang bergerak maju  mundur. Tak  lama kemudian Hellen menghentikan jilatannya, , Ia menatap  kepala penis  Iwan sebentar sebelum membuka mulutnya lebar-lebar dan…
“Hfffhhh..  hhmmm..nmm” Hellen memasukkan penis itu kedalam mulutnya  dan  menghisapnya dengan keras hingga mengeluarkan suara-suara nggak  jelas  dari mulutnya.
Suara mulut itu terdengar begitu mengasikkan  ditelinga Iwan,  sampai-sampai tubuhnya merinding merasakan penisnya  sedang diemut-emut  oleh seorang gadis cantik yang masih anak sekolahan,  dengan tubuh muda  yang masih segar dan kencang. Sementara Tasya sedang  disibukkan oleh  kegiatannya menghisap penis Sigit. Sedangkan tangan  Deden yang tidak  pernah berhenti merayapi tubuh Hellen kini berusaha  membuka kancing dan  resleting celana pendek yang dikenakan Hellen,  berhasil! Dan celana  pendek itupun merosot hingga ke lutut Hellen.  Jari-jari tangan lelaki  itu mulai menyusup ke balik celana dalam Hellen  dan merayap mencari  liang yang ada di selangkangannya. Dan ketika  menemukannya Jari-jari  tangan itu mulai merayap masuk untuk kemudian  menyentuh dinding-dinding  dalam liang itu yang sudah terasa basah,  semakin  lama semakin dalam.  Hellen mulai menggelinjang tak karuan,  kedua buah jari yang ada di dalam  liang vaginanya itu bergerak-gerak  dengan liar. Bahkan kadang-kadang  mencoba merenggangkan liang vaginanya  dengan menggunakan dua jari.  Hellen pun mulai tak kuasa untuk menahan  diri dan lenguhan-lenguhan  panjang mulai keluar dari mulutnya. Hanya  berselang lima menit kemudian,  badan Iwan sudah gemetaran tak menentu  dan meracau tak jelas dan  kelihatan kalau ia beberapa kali hendak  menarik penisnya dari isapan  Hellen. Tasya yang sudah melihat gelagat,  hendak memperingatkan Hellen  namun terlambat, Iwan menekan kepala  Hellen dan penisnya langsung  menyemburkan cairan putih kental yang  banyak sekali didalam mulut  Hellen.
“Ueeddaann… gak tahan gueee!” Erang Iwan.
Hellen  sempat terkejut merasakan semburan cairan hangat tersebut,  namun tanpa  kesulitan ia menelan semua cairan asin kental tersebut,  bahkan tidak  lupa menyeruput ujung kontol Iwan untuk mendapatkan sisa  cairan yang  masih tertinggal disana.
“Aduuhh… duh ngiluu…” Keluh Iwan karena  isapan Hellen ternyata  terlalu keras untuk penisnya yang masih terasa  sensitif sehabis orgasme.
“Duh payah lu Wan, baru diisep bentar aja udah keluar.” Ejek Sigit yang masih menikmati servis oral Tasya.
“Bukan  gitu men, cewek ini jago banget isep kontol. Lu mesti coba  sendiri,  enak banget mulutnya.” Keluh Iwan yang masih sedikit  ngos-ngosan.
Mendengar  ini perasaan Tasya agak campur aduk. Beberapa hari yang  lalu ia  mendengar bahwa memek Chacha ternyata lebih nikmat, wangi, dan  peret  dari punyanya. Kini ia mendengar bahwa Hellen ternyata lebih jago   ngisep kontol darinya. Hati Tasya pun merasa iri dan cemburu, yang   kemudian ia lampiaskan dengan memperhebat servis oralnya pada penis   Sigit.
“Sya… eh… aduh Sya.” Sigit pun kelabakan menerima serangan yang amat bersemangat itu.
Sementara  Deden yang merasa nafsunya sudah di ubun-ubun lalu menarik  tubuh  Hellen dan mendorongnya dengan kasar hingga terduduk diatas sofa.   Dengan tidak sabar Deden berlutut  dihadapan Hellen dan menarik celana   dalam Hellen, satu-satunya yang masih melekat di tubuhnya. Setelah   terlepas, Deden mencampakkan celana dalam itu sembarangan saja, lalu   meraih bagian bawah lutut Hellen  kemudian mengangkangkan kedua kakinya   kesamping kiri dan kanan sehingga kakinya membentuk huruf “M”,   seolah-olah ingin mempertontonkan keindahan vaginanya yang mungil   dihadapan Deden. Deden pun sejenak nanar melihat gundukan bukit kecil   yang ditumbuhi rambut jarang di bagian atasnya itu.
“Jangan… jangan dilihat…” Desis Hellen dengan wajah memerah karena malu.
Seumur  hidupnya belum pernah ada lelaki yang melihatnya dengan  tatapan  seperti itu, wajar saja jika kali ini ada rasa malu bercampur  bangga  melihat ada pria yang terlihat amat sangat bernafsu melihat tubuh   telanjangnya.  Dada Deden pun seakan hendak meledak melihat tatapan   malu-malu kucing Hellen, tampak innocent tapi sekaligus penuh nafsu dan   menggoda. Dengan tidak sabar ia mengarahkan kepala penisnya   menggesek-gesek bibir vagina gadis itu, setelah dirasakan pas barulah   Deden menggerakkan penisnya dalam sebuah irama yang menyentak-nyentak,   berusaha memasuki lubang vagina Hellen yang masih perawan.
“Awww…!”  satu sentakan yang kasar dan kuat membuat gadis itu menjerit  kecil,  kepalanya tengadah keatas, matanya terpejam-pejam dengan bibir  yang  sedikit terbuka, ada suara-suara lirih yang keluar dari bibir  mungil  gadis itu ketika Deden menekan batang penisnya semakin dalam
“Den…  aduh, pelan-pelan.” Rintih Hellen yang merasakan vaginanya  dipaksa  merenggang di luar batas. Padahal ukuran penis Deden termasuk  biasa  saja.
Deden sendiri adalah orang kasar yang terbiasa bergelut di  dunia  hitam. Wajahnya pun jauh dari tampan apalagi lembut. Tapi ketika  melihat  ekspresi wajah Hellen yang begitu mengiba, rasa kasihannya  timbul juga  dan dadanya terasa hangat dan aneh. Sejenak ia menghentikan  gerakannya  dan dengan perlahan menurunkan kepalanya dan mengecup  lembut bibir  Hellen. Hellen sejenak terkejut, namun tanpa ragu ia  kemudian membalas  kecupan lembut itu, tambah lama tambah bernafsu  hingga keduanya kemudian  saling melumat dan menghisap mulut lawannya.
“Heekk…”  keluar suara dari mulut Hellen ketika satu sentakan keras  dari Deden  mengirim penisnya untuk amblas seluruhnya masuk kedalam  vagina Hellen,  sekaligus menembus selaput dara yang selama ini ia jaga.
“Sakit say?” kata Deden ketika melihat Hellen yang menggigit bibirnya sendiri, sambil membelai rambut Hellen.
“Hmm… erghh… nggak kok.” Desis Hellen dengan nafas ngos-ngosan.
“Gue entot lu sekarang ya?” Kata Deden.
Hellen  Cuma menganggukan kepala, dan batang penis Deden pun mulai  keluar  masuk liang vaginanya perlahan-lahan, sepertinya Deden sedang  meresapi  jepitan memek Hellen yang seret dan peret dibatang kemaluannya.
“Enak  gak say…? Memek lu enak banget.” Tanya Deden sambil memaju  mundurkan  batang kemaluannya semakin kuat merojok-rojok lubang memek  gadis itu.
“Mmmhhh…  enak banget Den… kontol lu eenaakk… ” Hellen mulai mengikuti  kebiasaan  mereka untuk mengeluarkan kata-kata kasar untuk menambah  nafsu sex  mereka.
“Teruuuss Den… entot gue sepuas… lu” Erang Hellen dengan   terputus-putus, karena sodokan-sodokan Deden yang semakin kasar dan   liar.
“Waduuhh, udah pada mulai aja, curang banget sih lu pada.”
Dua  orang pria yang tadi mengantar Claudya pulang kini sudah kembali.   Dengan tidak sabaran mereka langsung melucuti pakaian masing-masing dan   langsung menyerbu Hellen. Pemuda yang bernama Adi langsung duduk   disebelah kanan Hellen, tangannya bergerak mengelus -ngelus induk   payudara Hellen sebelah bawah sambil menciumi leher mulus Hellen yang   sudah dipenuhi butir-butir keringat yang wangi. Sesekali Adi meremas   kuat-kuat induk payudara gadis itu sampai pemiliknya melenguh panjang.   Sedangkan Maman berdiri disebelah kiri gadis itu dan menarik kepala   Hellen sambil menjejalkan batang penisnya kedalam mulut gadis itu lalu    menggerakkannya maju mundur.
“Asyik gue paling suka toket  sama pentil montok kayak gini..! Duhhh  susu…” Adi menundukkan  kepalanya dan lidahnya menggeliat-geliat  menggelitiki puting susu  Hellen, kadang mulutnya mengecup dan melumat  -lumat puncak buah dada  Hellen yang memang montok dan putih mulus.  Hellen sejenak melepaskan  batang kemaluan Maman, gadis itu memejamkan  matanya menikmati  serangan-serangan Adi dibuah dadanya yang membuntal  semakin padat, dan  terutama sodokan-sodokan Deden yang semakin kuat.
 ”Plokkk… keplokkkk… keplokkkk” suara itu terdengar dengan keras berbaur dengan rintihan dan erangan lirih Hellen.
“Yeee..,  kok berhenti?! Ayo dong isep kontol gue!!!” tangan Maman  kembali  menarik kepala Hellen dan menekankan kepala penisnya kedalam  mulut si  gadis. Hellen membuka mulutnya kembali dan menerima batang yang  kini  kembali menyesaki rongga mulutnya itu.
Sedangkan Tasya tampak  sibuk di sandwich oleh Iwan dan Sigit. Tasya  tampak ngos-ngosan dengan  wajah meringis-ringis menahan nikmat yang  diakibatkan dua penis yang  menjebol vagina dan anusnya secara bersamaan.  Ia paling suka dijepit  seperti ini, dikeroyok dua, tiga, atau bahkan  banyak kontol sekaligus  untuk memuaskan nafsunya yang semakin  menggebu-gebu. Hanya beberapa  menit kemudian, Hellen memekik kecil  ketika akhirnya Deden berhasil  mengantarnya ke puncak kenikmatannya.  Hellen merasakan dirinya ditelan  gelombang besar yang meluluh lantakkan  tubuhnya, seluruh tubuhnya  gemetaran menahan nikmat yang tak  tertandingi.
“Ahhh..aahhh..ahhh…erhhgggg…oh..godddd”  erangnya sensual menambah  semangat Deden untuk terus memacu tubuh  Hellen yang terlonjak-lonjak.
Hellen pun menjerit,  orgasmenya telah tiba…Tak terbayangkan rasanya,  terlalu nikmat.  Tubuhnya pun merenggang, lemah, lemas, pikirannya  melayang. Deden   merasakan semburan cairan orgasme Hellen, menerpa  penisnya, hangat
“Crrrrttt..  Crrrttttttt” cairan itu keluar berdenyut-denyut diiringi  rasa nikmat  yang membuat tubuh Hellen mengejang, lendir-lendir lengket  namun licin  itu kini  membuat suara berkecipak – kecipak, Ketika Deden  semakin kuat  memompa lubang seret itu, hingga akhirnya
“Argggg..!! Houhhhhhh..  gila ni memek… ” Deden menggeram-geram  sebelum akhirnya menusukkan  batang kemaluannya dalam-dalam dan  menyemburkan spermanya memenuhi  liang memek Hellen dan membanjiri rahim  mudanya. Deden pun mencabut  penisnya sambil terengah-engah.
“Man, kita bawa ke kamar aja yuk? Biar lebih enak.” Kata Adi yang masih sibuk meremas-remas payudara Hellen.
“Boleh.” Jawab Maman, ia lalu dengan mudah mengangkat tubuh Hellen dan membawanya kedalam kamar tempat tadi Claudya diikat.
Sesampainya  disana Maman dengan kasar melemparkan tubuh Hellen keatas  ranjang yang  untungnya dilapisi spring bed yang empuk. Laki-laki  berwajah sangar  itu lalu berbaring di sebelah Hellen sambil  mengocok-ocok penisnya yang  sudah amat tegang.
“Ayo neng, naik sini.” Katanya pada Hellen.
Hellen  yang sudah kesambit setan nikmat tanpa ragu segera  mengangkangi penis  Maman. Hellen meraih penis itu dan sejenak menggesek  sambil  menekan-nekankan kepala penis itu ke lubang vaginanya sendiri.  Hellen  perlahan menurunkan tubuhnya dan menggigit bibirnya ketika  merasakan  kepala penis Maman mendesak masuk dengan gagah. Dengan tidak  sabaran  Maman menarik turun tubuh Hellen hingga penisnya langsung amblas   seluruhnya kedalam vagina gadis remaja itu, lalu Maman langsung   mengentotnya dengan gerakan-gerakan yang cenderung kasar dan brutal.
“Awwww  !! Akhhhhh… Mmmhh” Hellen merengek-rengek ketika penis Maman   mengocok-ngocok lubang vaginanya kuat-kuat, berkali-kali gadis itu   terpekik ketika Maman menyentakkan batang kontolnya menghantam vagina   gadis berkacamata itu.
“He he, gimana, enak kan kontol gue?” Kata Maman disela-sela gempurannya.
“Banggeett… memek gue…. gimana?” Balas Hellen.
“Siipp… banget, ahhh.” Erang Maman.
“Wahhh…!!  Gue kebagian pantatnya nih…” Adi yang entah sejak kapan ada  di  belakang Hellen kini menggesek-gesekkan kepala penisnya dibelahan  buah  pantat Hellen. Setelah menemukan lubang yang dicari, satu tangannya   menahan pinggang Hellen kemudian sambil menekankan batang penisnya kuat   kuat, hingga tubuh Hellen terdorong-dorong disebelah bawah ketika Adi,   berkali-kali menghentakkan kemaluannya dengan kasar.
“Bang.. pelann-pelannn… Akkhhhhhh….” Hellen terpaksa berpegangan pada kedua bahu Maman.
“Udah..! Tenang aja.. Ungghhh Arggg… ” kata Adi sambil kembali menekan pantatnya.
 Dan  Hellen pun memekik panjang ketika penis Adi sukses menjebol  lubang  anusnya. Punggung Hellen pun melenting kebelakang mirip seperti  sebuah  busur, mencoba menahan rasa sakit dan sesak yang menyerbunya.  Merasakan  jepitan lubang yang begitu sempit, Adi justru malah tambah  semangat.  Tanpa ragu ia langgsung menggenjot lubang pantat Hellen dengan   kecepatan tinggi.
“Uggghhhhhhh…. ! aduhh duhhhh…. Shhhh” gerakan   Adi yang kasar  membuat Hellen meringis-ringis kesakitan, terkadang  mulutnya menganga  lebar, kedua matanya membeliak merasakan  sodokan-sodokan kasar dilubang  anus dan lubang vaginanya yang bekerja  sama dengan apik, seakan  merobek-robek bagian bawah tubuhnya.
“Berisik  lu ah…” Maman langsung menarik kepala Hellen, mulutnya  langsung  menyumpal bibir gadis itu yang sedang meringis-ringis,  sementara tangan  Adi merayap meremas-remas induk buah dada Hellen, dan  sejenak yang  terdengar dari dalam kamar itu hanyalah suara rintihan dan  desahan  tertahan dari tiga anak manusia yang sedang memuaskan nafsu  birahi  mereka.
Sementara diluar kamar itu, 4 tubuh bergelimpangan  karena kehabisan  tenaga setelah memacu diri kelewat batas demi  mengejar nafsu. Tasya  memandangi penis-penis layu yang baru saja  menjebol vagina dan anusnya.  Ia sebenarnya masih ingin “nambah”, tapi  sayang ketiga pria di  sekelilingnya masih terbaring kelelahan.  Tiba-tiba terdengar suara pintu  depan rumah yang terbuka, diikuti  langkah-langkah kaki berdebam. Dadang  beserta 4 orang anggota geng  ranmor itu rupanya sudah pulang dari  “bekerja”. Mata Dadang si bos  preman separuh baya itu langsung tertumbuk  pada gelimpangan tubuh-tubuh  lemas di ruang tengah.
“Lho, ada neng Tasya rupanya, pantesan pada lemes kayak gini,abis ngewe yah?” Kata salah satu pria yang baru tiba itu.
“Asyik ada Tasya. Sya lu nginep malem ini?” Tanya yang seorang lagi.
“Iya.” Tasya menjawab dengan suara dibuat sesendu mungkin.
“Asyiik, boleh dong kita ngentot lu sekarang?”
“Boleh…”
“Siipp, beres proyek langsung ngewe.”
Tubuh  mulus gadis cantik bernama Tasya itu pun langsung  dikerubuti  oleh  tiga orang laki-laki bertubuh hitam berwajah sangar dan bengis.   Sementara Dadang dan Isman si wakil ketua geng itu tampak celingukan.
“Den, si Adi amasi Maman kemana?” Tanya Dadang pada Deden.
“Di kamar noh, lagi ngegarap barang baru, temennya Tasya. Cakep lho ceweknya.” Jawab Deden.
“Barang baru?” Dadang mengusap-usap dagunya lalu berjalan menuju pintu kamar tempat dimana Hellen berada.
Dadang  langsung membuka pintu kamar tersebut dan melihat Hellen yang   berbaring lemas diatas kasur, nafasnya masih terengah-engah sedangkan   tangan tangan nakal Adi dan Maman  merayapi tubuhnya yang mulus.   Tampaknya ketiganya sudah selesai memuaskan nafsu masing-masing.
“Di, Man!” Bentak Dadang karena kedua anak buahnya itu tampak tidak menyadari kehadirannya.
“Eh bos, udah balik.” Kata Adi yang langsung bangkit, diikuti Maman.
Dadang  menatap tubuh mungil Hellen yang sudah berhias keringat  ditubuhnya,  menimbulkan efek berkilauan yang menggoda. Nafsu Dadang  langsung  bangkit.
“Lu berdua keluar, gue pengen nyobain ni memek.”Kata Dadang.
“Oh, pasti bos. Silahkan pake sepuasnya.” Kata Adi sambil cengengesan meninggalkan kamar tersebut, diikuti Maman.
Hellen  menatap Dadang yang membuka pakainnya satu persatu. Wajah pria  itu  sungguh seram, dan kelihatannya ia cukup tua untuk menjadi ayahnya.   Hellen seharusnya merasa muak atau takut, tapi ketika melihat kontol   raksasa Dadang yang telah mengacung perkasa, justru malah menimbulkan   senyuman di bibir Hellen. Dan gadis itupun menyambut ketika tubuh Dadang   yang bau keringat, menyerbu tubuh mungilnya dengan penuh nafsu. Tanpa   buang-buang waktu Dadang langsung menindih tubuh Hellen dan menjilati   leher dan payudara montok Hellen yang dihiasi keringat, tidak lupa   tangannya meremas-remas pantat Hellen yang membusung padat. Hellen yang   merasakan jilatan-jilatan Dadang merasa kegelian hingga tak terasa   terkikik pelan. Tapi bukannya berhenti, Dadang justru mengangkat satu   lengan Hellen hingga memperlihatkan ketiaknya yang bersih mulus dan   langsung menjilatinya dengan bersemangat. Keringat si gadis muda justru   terasa nikmat bagi Dadang yang sudah terbuai nafsu.
“Nggak…  aduuhh geliii.” Hellen terengah-engah antara geli dan  perasaan aneh  yang menyerbunya. Dadang terlihat amat menikmati setiap  jengkal  tubuhnya, dan itu menimbulkan perasaan bangga dalam diri Hellen.  Cukup  lama juga keduanya bergumul,saling mulat dan saling jilat.
“Nungging lu…” Perintah Dadang sambil melepaskan tindihannya pada tubuh Hellen.
Hellen  pun bangkit dan menungging membelakangi Dadang, seakan  memamerkan  lubang surganya yang indah kepada Dadang. Dadang pun makin  bernafsu  melihat “barang baru” yang liar ini. Ia langsung menggenggam  penis  raksasanya dan…
“Eggghhh… Heeennnnn… akkkkkkkkk” Hellen  menggeleng-gelengkan  kepalanya ketika merasakan suatu  benda kenyal  berusaha menerobos lubang  vaginanya. Benda kenyal itu rasanya amat  besar, hingga Hellen pun  mengerang ketika merasakan lingkaran bibir  vaginanya terasa dipaksa  membuka selebar mungkin.
“Awwww..!! ”  jeritan panjang pun keluar dari mulutnya ketika  merasakan tusukan kuat  Dadang menembus jauh kedalam relung tubuhnya,   semakin lama semakin  dalam menyentak-nyentak kasar memasuki lubang  vagina gadis itu.
“Edannn!!  Memek lu sempit amat…!! Baru belajar ngentot lu ya..” Kata  Dadang  sambil terus menjejal-jejalkan batang penisnya hingga terasa  mentok.
Dadang  lalu menggerakkan penisnya memutar-mutar seperti sedang   mengocok-ngocok lubang vagina gadis itu. Sambil sesekali menampar pantat   Hellen yang membuntal padat, putih dan mulus, hingga berwarna  kemerahan  dan menimbulkan cap tangan lima jari. Saat itu Dadang melihat  lubang  anus Hellen yang merekah dan menutup, tanpa ragu Dadang  langsung  menusukkan jari tengahnya kedalam lubang anus Hellen dan  langsung  mengocoknya didalam, merasakan jepitan lubang yang bergerinjal  itu.
“Ehmm aduhh…” tangan Hellen yang tadinya menopang tubuhnya  langsung  ambruk, dan kini wajahnya menempel ke bantal, mencoba meredam  jeritan  yang hendak meloncat keluar dari mulutnya. Tapi anehnya, yang  justru  keluar malah…
“Enhhhh.. Osssshhhh..tteeruuss  baanng…..” Erang Hellen minta tambah.  Preman bertubuh tinggi besar  dengan tampang yang seram itu pun  menyodok-nyodok dengan semakin kasar  sehingga tubuh Hellen  tersentak-sentak dengan makin kuat.
Sekitar  seperempat jam kemudian tubuh Hellen menggeliat dan  melengkung seperti  sedang mengalami siksaan yang sangat nikmat,  vaginanya langsung  menyemburkan cairan berwarna bening yang menyiram  penis Dadang yang  masih menggenjotnya habis-habisan. Kemudian tubuh  Hellen terkulai  lemas, namun masih dalam posisi menungging. Melihat  Hellen yang sudah  terkulai lemas, Dadang justru malah mempercepat  genjotannya, hingga  tubuh Hellen pun hanya bisa terguncang-guncang  mengikuti sodokan  Dadang. Hanya berselang lima menit kemudian Dadang  sudah mencapai  batasnya. Dengan cepat ia menggulingkan tubuh Hellen,  lalu bergerak  mengangkangi wajah gadis itu dan menjejalkan penisnya  kedalam mulut  mungil itu.
“Ngehheee… telen tuh peju gue.” Dadang mengerang  sambil menyemprotkan  spermanya yang kental didalam mulut Hellen,  sementara tubuhnya  berkedut-kedut menahan nikmat.
Hellen yang  kini sudah gila peju, tanpa keberatan menerima cairan  asin kental yang  muncrat dari kepala kontol Dadang. Hellen bahkan  menghisap dan mengurut  kontol itu untuk mengeluarkan cairan yang mungkin  masih tersisa dalam  batangnya. Begitu semburannya selesai, Dadang  langsung ambruk dan jatuh  terduduk sambil bersandar ke kepala ranjang.  Saat itu Hellen bangkit  dan merangkak mendekati Dadang. Setelah wajahnya  hanya terpisah  beberapa jengkal dari wajah Dadang, Hellen membuka  mulutnya,  memperlihatkan cairan putih kental yang memenuhi mulutnya.  Hellen  lantas memutar-mutar lidahnya sambil mencecap cairan peju Dadang  itu,  sebelum akhirnya menelannya dengan desahan nikmat. Dadang terkekeh   melihat kelakuan gadis yang baru saja hilang keluguannya itu.
“Enak neng?”
“Segeerr.”
Hellen  lantas menciumi dada Dadang yang berbulu, turun ke perut,  lantas  memasukan dan menghisap penis dadang yang sudah layu didalam  mulutnya.  Dadang langsung merinding karena penisnya yang baru saja  orgasme masih  terasa amat sensitif, apalagi diperlakukan seperti itu  oleh mulut basah  dan hangat milik seorang gadis remaja cantik.
“Nama lu siapa?” Tanya Dadang.
“Hellen.” Jawab si gadis disela-sela hisapannya.
“Hellen… lu doyan kontol?”
“Ehmmm… banget.”
“Hua  ha ha…” Dadang tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Hellen  itu.  Tanggannya lantas membelai-belai rambut Hellen yang tergerai  indah.
Rintik-rintik  gerimis diluar kini semakin besar, dan memang semalaman  itu turun  hujan tanpa henti, seakan menemani dua gadis remaja cantik  yang sedang  digilir oleh sepuluh orang  orang laki-laki seram dan kasar  itu sampai  mereka puas menyalurkan nafsu binatangnya, semalam suntuk.
Bersambung… 


- Dilarang promosi disini !
- Dilarang meninggalkan link aktif !
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten !
Follow Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon