Wulan Guritno XXX
“Iya lah..  ntar abis gue mandiin Shaloom, gue ke tempat elo deh.. Bye  Cinta..”,  ujar Wulan mengakhiri pembicaraannya dengan sahabatnya, Dian  Sastro.  Wulan Guritno memang sudah lama bersahabat dengan Dian, dan  mereka baru  aja janjian untuk pergi bareng ke salon langganan mereka  untuk sekedar  ngobrol dan melakukan perawatan rutin terhadap tubuh  mereka yang  pastinya merupakan modal utama dua artis cantik ini di dunia   entertainment.
“Mama mau pegi ama tante Dian lagi ya?” tanya  Shaloom, anak semata  wayangnya dengan raut wajah jenaka, yang membuat  Wulan tersenyum sedikit  tak tega. Ia tahu akhir-akhir ini sering sekali  ia pergi meninggalkan  Shaloom dirumah. Kesibukannya berpacaran dengan  pacar barunya, Adilla  Dimitri, membuatnya sering melupakan Shaloom dan  sahabat-sahabatnya.  Sehingga kadang ia merasa sedikit bersalah kepada  mereka semua, terutama  Shaloom.
“Iya. Mama ada perlu ama Tante  Dian. Shaloom ntar maen ama Mba yaa..  Ntar pulangnya mama beliin J.Co  deh sayang..” Wulan berusaha merayu  Shaloom agar mau membiarkannya  pergi setelah seharian ini ia bermain  dengan Shaloom dirumah. Hatinya  sedang agak jenuh dan bosan dengan  suasana rumahnya.
“Aah..  mamah.. nyogoknya pake J.Co mlulu.. Udah ga level ah!” sahut  Shaloom  masih dengan nada merajuk. Ia sebenernya masih ingin bermain  dengan  mamanya yang sangat ia sayangi itu.
Melihat Shaloom yang nampaknya  masih ingin bermanja-manja dengannya,  Wulan pun memeluk anak  kesayangannya itu erat-erat. “Gue emang sayang  banget ama kamu,  anakku.. tapi mama harus ketemu Dian,” bunyi suara hati  Wulan yang  seakan tak tahan dengan rengekan anaknya. Tentu saja, ia  hanya  tersenyum dan menyimpan keluhannya hanya di hatinya. Ia tak sampai  hati  membuat Shaloom kecewa dan ikut merasakan kegalauan hatinya.
“Biarkan  ku pergi…” alunan suara Once yang mengisi ringtone hp Wulan,  berbunyi  nyaring dan membuat Wulan melepaskan pelukannya terhadap  Shaloom, ia  pun mengecup kening anaknya dengan lembut, lalu mengambil  hp-nya yang  nomernya hanya ia berikan kepada beberapa orang tertentu  saja. Melihat  Caller ID di layar hp-nya, ia pun termenung sejenak  sebelum akhirnya  memutuskan untuk menjawab telepon ini.
“Hallo.. ” ujar Wulan dengan nada datar.
“Gur..  lo lagi ngapain?”. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan   ‘Gur’, dan orang ini pernah mengisi hati dan kehidupan cinta Wulan   Guritno. Ananda Mikola, yang walaupun usianya masih lebih muda daripada   Wulan, terbukti berhasil mengisi kekosongan hati Wulan dan menjadi  teman  hidupnya selama beberapa waktu.
“Gue lagi di rumah.. Ada apa Nan?” Wulan pun mulai agak melunak, mendengar suara Ananda yang terdengar agak lelah.
“Gue  mau minta tolong nih Gur.. Kita bisa ketemuan ga?” tanya Ananda  dengan  nada lirih. Sepertinya ia sedang gelisah dan baru saja menangis.
“Ada  apa sih, Nan…? Kok tumben lo nelpon gue.. Ga nelpon Bella aja?”  tanya  Wulan dengan tenang. Ia tau bahwa Ananda bekas pacarnya ini sering  dan  gampang banget ngerasa gelisah dan ia butuh pasangan yang mau dan  tabah  mendengar keluh kesahnya dengan sabar.
“Ya justru itu, Gur.. masalahnya ini sama Bella.” jawab Ananda dengan lemah.
“Hmm..  terus kalo dia tau lo nelpon gue, terus mau ketemuan ama gue,  gimana?”  Wulan tak tahan untuk menggoda Ananda yang sedang gundah ini.  Dalam  hatinya, ia merasa tersanjung, karena dirinya masih dianggap  spesial  oleh bekas pacarnya ini.
“Aaaduuuh, dia ga akan tau lah Gur.. dia  lagi syuting di Semarang kok.  Gue butuh elo banget nih, tolongin gue  dong..” Ananda Mikola pun semakin  terdengar putus asa.
“Aahh..  elo tuh.. selalu kaya anak kecil. Shaloom aja udah ga  ngerengek-rengek  gini.. Rese lo ah.” Wulan pun menjawab dengan nada  datar. Ia belum  memutuskan apakah akan menemui Ananda atau tidak, namun  ia tersenyum  karena teringat akan masa lalu dimana bekas pacarnya ini  memang sangat  kolokan kepadanya..
“Aih, jangan gitu dong Gur… gue kan cuma bisa jujur ama elo doang. Ayo lah… kita ketemuan di apartemen gue ya?”
“Lho..  kenapa harus di apartemen elo? Emang gue mau diapain nih?”, canda   Wulan dengan nada sedikit genit. Di hatinya terlintas sedikit kenangan   indah ketika mereka berdua masih menjadi pasangan. Diakuinya,   kenangannya akan kelihaian Ananda dalam memuaskan kebutuhannya dalam   bercinta cukup mengagumkan.
“Ya ampuun.. di luar banyak infotainment, kalee…”
“Awas  lo kalo macem-macem.. gue laporin Bella, pokoknya..” ancam Wulan  masih  dengan nada genit. Ia tau sebenarnya ia juga mulai kangen dengan  bekas  pacarnya ini. Semenjak Ananda pacaran dengan Laudya Cinthia Bella,   komunikasi mereka langsung terputus. Begitu mereka resmi pacaran, Bella   yang cemburuan berat ini langsung melarang Ananda untuk sekedar   menelepon Wulan, karena Bella sadar, sepertinya Ananda masih memiliki   rasa cinta terhadap Wulan.
————————–
“Tok tok troktok..” pintu apartemen mewah di Jakarta Selatan milik Tinton Soeprapto, ayah Nanda pun berbunyi nyaring.
Wulan  Guritno yang akhirnya memutuskan untuk menemui Ananda di  apartemennya,  berdiri tenang di balik pintu ini. Ia memakai baju terusan  tanpa  lengan berwarna ungu pucat, dengan belahan rok di paha kirinya  yang  sedikit tinggi, memperlihatkan kemulusan pahanya, membuatnya tampak   anggun dan seksi sekali.
Pintu pun dibuka, dan wajah kuyu Ananda  Mikola menyambutnya, “Waahh..  you looks gorgeous, Gur..” yang sontak  berubah cerah dan tersenyum lebar  menatapnya.
“Apaaan sih..  gombal lo! Udah gak mempan tau..” ujar Wulan sambil  melangkah masuk  lalu menepuk pundak Ananda dengan gemas. Ia tertawa  mendengar rayuan  Ananda yang terkesan bombastis dan dulu sering banget  ia nikmati ketika  mereka masih pacaran.
“Lo sekarang rajin fitnes ya Gur.. ?  bokong elo makin keren lho..  Sumpah.” Ananda pun tersenyum sambil  menjawab tepukan Wulan dengan  usapan ringan di pantat Wulan.
Harus  diakui, hasil kerja keras Wulan Guritno di gym selama ini memang   membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Pantatnya membulat indah,   dibungkus gaun terusannya yang berbahan lycra, membuat bentuk pantat   indahnya sangat mengundang Ananda untuk mau tak mau mencoba untuk   mengelusnya.
“Husss… ! maen grepe aja.. Gue aus nih.. !” tepis Wulan sambil melangkah masuk dan langsung duduk di sofa.
“Tenaaang..  Tuan putri jangan khawatir. Hamba akan membuatkan minuman  favorit Tuan  Putri, Vodka on the rocks, right away..” ujar Ananda  bergegas ke  pantry di samping sofa tempat Wulan duduk dengan nyaman.
Wulan  tersenyum, dan hatinya pun melonjak-lonjak gembira. Ia sedang   memanjakan rasa kangennya dan menikmati perlakuan Ananda kepadanya, yang   tak ada bedanya seperti ketika mereka masih pacaran dulu.
“Nan..  sekarang lo bilang deh sama gue. Ada apa sebenernya antara elo  sama  Bella?” tanya Wulan dengan ringan sambil ia meminum minuman alkohol   favoritnya yang baru saja dibuatkan oleh Ananda.
“Ah, elo selalu  aja langsung to the point gitu deh.. Nyantai dulu lah..  Gue kan pengen  kangen-kangenan dulu ama elo Gur.” elak Ananda dengan  nada nakal,  sambil tangannya mulai bergerak nakal dan berusaha mengelus  paha Wulan  Guritno.
“Eh, rese ya elo.. “, Wulan menangkap tangan Ananda yang  nakal dan  mengembalikan tangannya ke pahanya sendiri.. “Elus paha elo  sendiri  tuh..” jawabnya dengan nada sedikit kesal.
“Ah,  elo masih sensi aja Gur.. ” Ananda mulai serius dan tak berani  lagi  melancarkan rayuan genitnya kepada Wulan. “Gue ama si Bella itu  emang  lagi ada masalah nih..”
“Ah, gue tau.. paling juga dia ga kuat  ngeladenin napsu elo..” potong  Wulan sambil tersenyum ringan sambil  kembali meminum vodka on the  rocks-nya.
“Tuuh, kan.. malah elo  yang mancing-mancing sih. Lo tu emang  paling-paling ya?” kali ini  Ananda mengacak-ngacak rambut Wulan dengan  gemas dan langsung dibalas  dengan tangan Wulan yang mengubek-ngubek muka  Ananda sambil tertawa  geli.
Pergulatan mereka ternyata tak berhenti hanya disana. Merasa  Wulan  sedang lengah, Ananda menciumi lengan Wulan dan tangannya mulai  bergerak  menggelitik pinggang Wulan Guritno yang ramping. Merasa  kegelian dan  tak terima dengan perlakuan Ananda, Wulan pun meronta  kegelian dan  menaikkan kakinya ke sofa untuk menghalangi serbuan ciuman  Ananda yang  mulai tak terkendali menghujani lengan dan pundak Wulan,  “Heeh!  perkosaan! perkosaan..” teriaknya setengah bercanda karena ia  juga  sebenarnya mulai merasa panas dengan guyonan nakal mereka berdua.   Apalagi minuman alkohol yang sudah ia habiskan, pun mulai membuat   darahnya naik dan membuat hatinya bergelora karena sebenarnya ia pun   sudah lama haus akan sentuhan lelaki. Pacarnya yang baru, Adilla   tampaknya masih belum bisa memuaskan gairah Wulan yang terkenal cukup   bergelora dan menggebu-gebu.
Posisi Wulan di atas sofa  sepertinya malah menantang Ananda, sehingga  membuat Ananda lupa  daratan. Ia pun menyerbu Wulan dengan menindihnya  ke depan, sambil  tangannya bergerak sigap berusaha melucuti gaun Wulan  yang berbahan  longgar.
Ditindih sedemikian rupa, Wulan pun akhirnya tak tinggal  diam. Ia juga  berusaha membuka baju Ananda dengan tak kalah sigap.  Pengalaman  bercintanya dengan Ananda membuatnya hapal betul, bagian  sensitif mana  yang bisa membuat Ananda bertekuk lutut kepadanya. Ia  melumat bibir  Ananda dengan lihainya, sehingga Ananda pun untuk sejenak  melupakan  serangannya. Sementara Wulan melumat dan memainkan lidahnya  beradu  dengan lidah Ananda, ia melucuti celana pendek Ananda yang sudah  longgar  dan segera mengangkat kaos yang dikenakan Ananda.
Melihat  dirinya yang sudah bugil dilucuti oleh mantan pacarnya,  Ananda pun  tersenyum kecut. Merasa tak terima, ia pun segera menarik  gaun Wulan  yang sudah terbuka setengah sampai pinggang, lalu berjuang  dan  menariknya sekuat tenaga untuk meloloskan gaunnya. Ia tak pedulikan   ciuman bertubi-tubi Wulan di lehernya dan bibirnya. Yang penting ia   harus membuat Wulan Guritno bugil sebugil-bugilnya seperti kondisi   dirinya sekarang ini.
Persis ketika ia berhasil membuka bra Wulan,  dan membuatnya telanjang  bulat.. Ananda pun mengangkat kedua tangannya  sambil tersenyum lebar dan  bergaya seperti pembalap yang baru saja  melewati garis finis.
Tampang Ananda yang seperti anak kecil  menang balapan, membuatnya gemas  bukan kepalang. Ia segera mendorong  Ananda hingga terbaring di atas sofa  besar di ruang tengah, lalu dengan  segera mulai menciumi perut Ananda,  dan bergerak lembut perlahan ke  arah selangkangannya.
“Hmmmmhhhh… Guuuurr…. mmmhhhssssss”  Ananda mendesis keenakan, ketika  akhirnya ciuman Wulan sampai di  kontolnya yang langsung menegang keras  seakan menyambut lembutnya bibir  Wulan dengan gembira.
Kemudian Wulan terdorong untuk melakukan  hal gila yang selama ini tak  pernah terlintas di pikirannya. Mungkin  juga karena ia ingin memberikan  surprise kepada Ananda yang selama ini  memang memiliki selera seks yang  menurutnya agak liar.
Ia pun  kemudian memasukkan kontol Ananda yang sudah tegang mengeras  secara  perlahan kedalam mulutnya. Seumur-umur, mulutnya tak pernah  mengulum  dan menyepong kontol manapun. Namun didorong rasa penasaran dan  iseng  untuk membuat Bella semakin sakit hati, ia pun memberanikan diri   mengocok kontol Ananda dengan mulut halusnya itu.
“Ooooo,  my god! Guuur… lo ngapain? Mmmmhhhhmmm” Ananda terkejut namun  sekaligus  terpejam merasakan kenikmatan luar biasa dari hangatnya mulut  Wulan  yang menyelimuti kontolnya. Kocokan lembut dari mulut Wulan  membuatnya  langsung lupa akan masalah seksnya dengan Bella. Keberanian  Wulan untuk  melakukan blowjob adalah sebuah langkah yang sangat berani.  Selama  mereka pacaran dulu, Wulan selalu menolak untuk mem-blowjob  kontolnya  walaupun ia sudah mengemis-ngemis dengan memelas.
Apakah  perpisahannya dengan Wulan selama ini malah membuatnya belajar  hal-hal  baru mengenai seks? Jangan-jangan pacar baru Wulan yang sekarang  sering  mendapat perlakuan blowjob seperti ini? Atau malah sebenarnya  Wulan  masih kangen dan cinta dengan dirinya hingga ia memutuskan untuk   memberikan hadiah istimewa seperti ini? Ia pun menjadi terbuai dengan   pikirannya sendiri. Namun kuluman bibir Wulan di kontolnya yang semakin   meliuk-liuk dan kocokan tangannya yang naik turun berirama memompa   kontolnya menyadarkannya dan meraih kepala Wulan sambil membelai-belai   rambutnya menandakan ia sangat menikmati blow job perdana yang diberikan   oleh Wulan Guritno kepadanya.
Rasa kontol Ananda yang cenderung  manis mulai membuat Wulan bosan.  Ternyata sensasi blowjob tidak seperti  yang ia bayangkan selama ini.  Memang rasanya tidak seburuk yang ia  sangka, karena ia tahu Ananda cukup  peduli akan kebersihan dirinya  sendiri. Namun yang ia tak sangka,  adalah efeknya pada Ananda  sekarang.. Ia tak pernah melihat Ananda merem  melek senikmat ini.  Seakan-akan blowjob simpel yang ia lakukan sekarang  ini, mampu  melemparkan Ananda hingga ke langit ketujuh nirwana. Wulan  yang  biasanya agak gerah karena serangan dan serbuan buas Ananda kepada   dirinya ketika mereka bercinta, seakan bisa menikmati sejenak suasana   senyap dan damai dalam permainan seks ini.
“God.. oh god…  enak banget Gur.. gue mau keluar nih! HHmmmmhhh..”  Ananda mulai meracau  tak keruan merasakan orgasmenya yang mulai naik ke  ujung kontolnya.
Mendengar  ini, Wulan pun makin mempercepat kocokan tangan dan mulutnya,   “Slleephhh… Wuslluuuepphhh.. Slleppphhh” bunyi campuran saliva dan   cairan mani dari kontol Ananda bercampur semakin cepat terdengar   menandakan klimaks yang hampir meledak dari kontol Ananda.
“Aaaaaaannnnnnnjjjjjrrrriiiiiiittttt!!!  AAAAAAAhhhhhh…” Ananda pun  berteriak dengan nikmat menandakan  muncratnya sperma dari ujung  kontolnya yang keras menegang dahsyat.
Wulan  yang belum pengalaman dengan blowjobnya, terlambat untuk menarik   mulutnya ketika Ananda ejakulasi. Mau tak mau, muncratnya sperma Ananda   bertebaran di muka dan beberapa sempat tak sengaja ia telan di dalam   mulutnya. Walaupun rasanya agak asin menurutnya, namun sensasi hangat   dari sperma yang muncrat di mukanya cukup membuatnya gembira.   Seakan-akan ia ikut merasakan meledaknya kenikmatan yang sudah mendaki   demikian perlahan dari kontol besar Ananda.
“Mmmhhh… gile,  Guur.. Gue ga nyangka lo selihai ini sekarang. Lo  belajar blowjob  dimana?” canda Ananda sambil memberikan selembar tisyu  kepadanya untuk  membersihkan belepotan sperma yang tersebar di sekujur  mukanya.
Wulan  hanya tersenyum penuh misteri mendengar nada penasaran dari  pertanyaan  Ananda, “Mau tauuu aja!”, jawabnya singkat sambil kegelian.
“Aaah..  elo kok gitu sih! Jujur.. ini surprise banget buat gue. Lo  seakan-akan  tau, kalo permasalahan seks gue sama si Bella, langsung bisa  dijawab  dengan blowjob lo yang pertama kali buat gue.” Ananda pun  langsung  nyerocos menceritakan masalahnya dengan Bella tanpa tedeng  aling-aling.
“Gue  tuh heran ama lo Nan. Kenapa sih lo terobsesi ama blowjob? Terus   kenapa juga si Bella ga mau ngasih blowjob yang simpel kaya gini buat   elo?” jawab Wulan dengan sedikit melecehkan. Ia tak mau terbongkar bahwa   ini juga adalah blowjob perdana yang ia lakukan kepada seorang pria.   Tapi nama Bella yang disebut Ananda seakan memicunya untuk menunjukkan   bahwa ia jauh lebih berpengalaman dari ABG murahan itu.
“Aaah gaya  lo, Gur.. Alesan Bella ya sama dengan alesan elo dulu,  blowjob itu  kerjaan perek. Apa enaknya ngejilat-jilat kontol yang bukan  buat masuk  mulut? Tapi gue harus akuin, ilmu blowjob lo dahsyat banget.  Laen  banget sama perek-perek yang biasa nyepong gue. Hehehe…” jawab  Ananda  dengan ringan. Sama sekali ia tak punya rasa malu lagi untuk  mengakui  semua kegilaannya bermain wanita. Ia seakan yakin, bahwa Wulan  juga  sudah melakukan petualangan seks yang tak kalah liarnya, terutama   dengan pacar barunya. Terbukti dari kemauannya melakukan blowjob yang   selama ini selalu ditentangnya mati-matian.
“Hmm.. dasar  ABG!” ujar Wulan dengan maksud menghina Bella yang  dianggapnya masih  kecil itu. “Sekarang kita ngapain nih? Lo kan udah  keluar..” pancing  Wulan yang merasa sudah tanggung. Sekalian saja, ia  ingin melepaskan  hasrat birahinya yang terasa sangat liar kali ini.
“Tenang Gur..  gue tau diri kok. Sekarang lo baringan dulu di sofa deh…  Giliran gue  bikin elo kelejotan keenakan.. ” jawab Ananda sambil  beranjak bangun  dari sofa tempatnya berbaring. Ia mengelus bahu Wulan  dengan ringan,  lalu berjalan ke arah pantry apartemennya.
Wulan yang kini  terbaring pun sedikit tegang. Dalam hatinya ia  bertanya-tanya, kenapa  tiba-tiba Ananda bisa bersikap lembut dan  gentleman seperti sekarang  ini. Biasanya ia selalu grasa-grusu dan  selalu tak tahan untuk segera  menancapkan kontolnya di memeknya, apalagi  bila melihat ia telanjang  bulat sepolos sekarang.
Badannya sedikit gemetar karena dinginnya  AC dan juga akan kejutan yang  mungkin akan segera ia nikmati ini.  Ternyata tak salah keputusannya  untuk datang ke apartemen Ananda  walaupun pada awalnya ia ragu dan  merasa sedikit bersalah kepada  Adilla. Namun, ia pikir sedikit permainan  seks yang tidak ia dapatkan  dari Adilla mungkin bisa membuatnya tambah  rileks dan santai hari ini.
Musik  lembut mulai mengalun di ruang duduk tempat Wulan berbaring  polos di  atas sofa empuk. Mendengar alunan merdu yang sangat pas dengan  suasana  hatinya, Wulan pun tersenyum lalu memejamkan matanya sambil  memanggil  Ananda dengan nada menggoda, “Tumbeen banget Naan. Lo belajar  dari mana  buat romantis-romantis kaya gini sama perempuan?”
Tidak ada jawaban dari Ananda. Namun sesaat kemudian, Wulan mendapatkan jawaban yang sama sekali tak diduganya.
Elusan  lembut dari secarik kain sutera, perlahan membelai paha mulusnya.   Lembutnya sutra yang bergerak dan sekilas menyentuh bulu-bulu halus di   selangkangannya, segera membuatnya bergumam, “Mmmmmngmm.. gue ga   nyangka. Ilmu elo juga ningkat drastis ya.. .” ujar Wulan menggoda,   sambil merasakan nikmatnya sentuhan lembut kain sutra ini bermain-main   di daerah sensitifnya.
Kemudian, sutera lembut ini  bergerak naik mengelus perut rampingnya,  lalu bermain-main sebentar di  daerah toketnya yang membulat sempurna.  Sesekali, sutera ini menggoda  puting toket Wulan yang sudah mengeras,  “Hmmmhhh.. nicee.. i love it,  Nan.. ” erang Wulan pertanda gairahnya  sudah mulai naik.
Lalu  seakan memberikan kejutan, sang sutera ini naik ke wajah Wulan dan   menyelimuti kedua mata indah Wulan sehingga ia kini tak bisa melihat dan   menebak apa yang akan terjadi berikutnya. Kain sutera yang kedua, naik   menggoda lebih jauh membelai bibir Wulan, lalu melingkari kedua tangan   Wulan yang dinaikkannya ke atas wajahnya, kemudian mengikat kedua  tangan  ini, seakan meminta Wulan untuk pasrah sepenuhnya akan permainan  yang  segera akan dinikmatinya.
“Hmmm… laki-laki tu so  predictable ya.. Why do you have to dominate in  sex?” Wulan pun berujar  nakal sambil tetap mengikuti permainan ini,  karena ia sadar jarang  sekali pacarnya Nanda mau melakukan permainan  foreplay yang memanja  pasangannya.
Kejutan berikutnya ternyata lebih dahsyat  lagi sensasinya. Seiring  dengan lembutnya kain sutera yang bergerak  naik mengelus perut ramping  Wulan dan menyentuh bagian bawah toketnya  yang membulat sempurna,  tiba-tiba sebuah es batu diletakkan tepat di  atas bulu-bulu halus  memeknya. Seketika itu juga, Wulan menggelinjang  kegelian sambil  berteriak tertahan, “Hhhggg!! Apaan nih?!” Paha  jenjangnya menggeliat  dan Wulan menaikkan perutnya karena ia tak tahan  dengan dinginnya es  batu di selangkangannya.
Namun tanpa ia  sangka-sangka, sensasi dingin di area memeknya, segera  berganti dengan  kehangatan dari serbuan lidah yang menyeruput es batu  tersebut dan  dengan lihainya sang lidah memainkan tariannya di bibir  memek Wulan,  sehingga lagi-lagi Wulan berteriak karena sensasinya,  “Ooowh my  Gooodhhhhh… Nanda..Mmmppphh”
Tak tahan oleh rangsangan yang  bertubi-tubi melandanya, Wulan pun  merasakan orgasme pertamanya meledak  dengan dahsyat, “Nan… gue ga  tahaaaan… I’m coming darliing…  OOOOWWWHHH!!!”
Memek Wulan berkedut-kedut kencang pertanda  orgasme yang dialaminya  betul-betul dahsyat. Ia mengerang perlahan  menikmati orgasme terdahsyat  yang sudah lama tak pernah ia nikmati  lagi. Namun, seakan tak memberi  ampun, permainan lidah di bibir memek  Wulan yang berkedut kencang masih  tak berhenti. Sapuan lidah hangat ini  malah semakin dalam menekan-nekan  memek Wulan dan dengan basahnya  kondisi memek Wulan oleh campuran air  liur dan cairan orgasme Wulan,  malah menambah nikmat rangsangan baru  yang diterima oleh Wulan.
“Sluuurpp..  syyuulllrrrppp..” bunyi lidah ini memainkan liukannya dan   menekan-nekan lubang memek Wulan sehingga mulai membuka semakin lebar.   Sesekali sang lidah mengulum klitoris Wulan, sehingga dalam sekejap   gelora birahinya langsung bangun dan siap membuat gelombang orgasme yang   kedua.
Wulan mulai mengerang-ngerang tak tahan dengan dera  birahi yang  melandanya bertubi-tubi, “uuggghhhh… this is definitely the  best sex  i’ve ever had, darlin.. Uuuuhhhgmmm.. I love you so much!”
Wulan  mulai menggerak-gerakan panggulnya naik dan turun mengikuti  irama  permainan lidah lembut di memeknya. Ia mulai tak sabar untuk  segera  merasakan datangnya puncak kenikmatan yang kedua. Semakin cepat  ia  menggerakan panggulnya, semakin keras dan dalam sang lidah menekan   dinding bibir memek Wulan yang sekarang sudah sangat basah. Ditengah   serunya Wulan bergoyang membangun gelombang orgasmenya yang kedua,   sedikit gesekan kumis yang kasar di bibir sang lidah menggesek-gesek   bibir memeknya sehingga malah menimbulkan sensasi yang luar biasa di   hatinya. Ia pun semakin bergairah dan berusaha menekan memeknya lebih   dalam lagi untuk memuaskan memeknya yang seakan gatal dan menjadi   tergaruk dengan nikmat oleh gesekan kumis ini.
Namun tiba-tiba,  ditengah gelombang kenikmatan yang kini sudah makin  bertalu-talu dan  siap meledakkan orgasmenya yang kedua, Wulan pun  menyadari ada sesuatu  yang aneh. Ia tidak melihat bekas pacarnya Ananda  Mikola ini memelihara  kumis ketika ia masuk tadi. Dan lagi, ia tahu  persis bahwa Nanda tidak  pernah suka dan tidak mau memelihara kumis.
Seketika itu juga,  Wulan merasa takut dan panik. Ia yakin sekali bibir  yang sedang  bergulat dengan bibir memeknya sekarang ini dilengkapi  dengan kumis  yang menggesek dan menggaruk memeknya yang semakin gatal  akan datangnya  orgasme.
Gelombang kenikmatan sekaligus keresahan yang datang  bersamaan,  membuatnya menggeliat-geliat tak tenang. Ia mencoba  menggerak-gerakan  wajahnya dan ia berusaha menyingkap kain sutera yang  menutupi kedua  matanya. Apalagi dengan keadaan kedua tangan yang  terikat menjadi sulit  baginya untuk dapat segera membuka sutera penutup  wajahnya.
Tubuh Wulan yang menggelinjang hebat membuat  sang lidah beraksi  semakin liar. Ia pikir, Wulan sudah tak tahan dan  sedang diambang  ledakan orgasme yang kedua, padahal Wulan sudah tak  tahan ingin segera  melihat siapa yang sedang mengulum memeknya dengan  garangnya.
Sebenarnya Wulan sendiri juga sulit untuk membedakan  perasaannya  sendiri. Di satu sisi, birahinya sudah kian memuncak dan  gelombang  orgasme sudah siap untuk meledak dan membuat dirinya terbang  ke awan.  Namun di satu sisi, kegelisahannya juga makin menggebu-gebu  dan rasa  penasaran semakin menyiksanya.
Sampai akhirnya permainan  terhenti karena Wulan melemparkan kepalanya  kebelakang sambil  berteriak dengan kencang, “GGGOOOOOOODDGHHHH… !!”  menandakan orgasme  keduanya yang meledak lebih dahsyat dari yang ia  rasakan pertama kali.
Bersamaan  dengan hantaman orgasme dahsyat yang baru kali ini ia rasakan  dua kali  melandanya, kain sutera yang menutupi matanya pun terlepas  ketika ia  melemparkan kepalanya ke belakang…
Dan ketika Wulan membuka  matanya untuk melihat siapa yang telah dengan  telaten menjilati bibir  memeknya hingga memberi ledakan kenikmatan  sebanyak dua kali.., ia pun  menganga tak percaya dan langsung berteriak,  “OOMM TINTON!!!”
Rasa  risih dan jijik seketika menyelimuti tubuh telanjang Wulan. Kedua   tangannya refleks menutupi dua toketnya yang putingnya masih berdiri   kencang, sementara ia menarik paha jenjangnya untuk menutupi memeknya   yang masih berkedut-kedut mengecap kenikmatan yang masih tersisa.
Namun,  tangan ayah Ananda Mikola yang masih kekar ini lebih cepat  beraksi dan  mengunci kedua paha mulusnya sehingga posisi Wulan Guritno  masih  mengangkang dengan lebarnya. Sementara Tinton Suprapto tersenyum  lebar  sambil berujar ringan, “Udah dari dulu Oom penasaran sama memek  Wulan.  Ternyata memang dahsyat ya..?”
Masih meronta-ronta mencoba  melepaskan kakinya, sekaligus membetulkan  posisinya.. Wulan merintih  pelan berusaha memohon ampun, “Oom kok tega  sih! Wulan kan mantannya  Nanda.. Ga kira-kira deh Oom!!!”
Namun bukannya dilepas, malah Oom  Tinton mengelus-ngelus paha Wulan  dengan perlahan, “Mantan kan..? Kalo  udah mantan… Oom boleh dong  icip-icip..”
Wulan pun semakin  menggeliat hebat dengan perasaan jijik luar biasa.  “Oom! Apa kata  Nanda, kalo Oom beginiin Wulan?!” ia berusaha merajuk  agar ayah Ananda  Mikola ini mengasihaninya. Tapi wajah Oom Tinton yang  belepotan air  liur dan cairan memek Wulan hanya tersenyum menyeringai,  “Ga usah  khawatir deh cantik.. Ananda udah rela kok.. Kan dia udah punya  Bella  sekarang. Hehehehe…” tawa lebarnya membahana sembari ia  mengulurkan  kedua lengannya untuk membuka lengan Wulan yang menutupi  kedua toketnya  dengan erat.
Wulan pun kian panik. Keadaan sudah semakin  panas, karena ia  merasakan kontol Oom Tinton sudah mengeras menekan  perutnya yang  ramping. Sambil meronta-ronta menahan pergerakan lengan  Oom Tinton yang  berusaha meremas-remas toket kencangnya, ia berteriak  frustasi,  “Nandaaa…. Anjiiiiinggggg Loo!” Makian kotor pun akhirnya  terlempar dari  bibir Wulan yang mungil. Ia tak kuasa menahan emosinya  karena ia merasa  Ananda telah menjebaknya sehingga ia menjadi objek  kepuasan ayahnya  sendiri.
Melihat rontaan dan kefrustasian Wulan,  Oom Tinton pun menyeringai puas.  Kontol hitamnya yang sudah tegak  berdiri sudah tak sabar lagi untuk  meminta jatahnya.
Sambil  tangannya masih memegangi kedua tangan Wulan yang tak henti-henti   meronta, ia segera merangsek dan mengulum puting toket Wulan yang sudah   mengeras kedinginan.
“Hggghhh…mmmmAAAnjiiiing….!! Oom gue ga rela  diperkosa kaya gini, Oom!!”  derai tangis Wulan pun meledak  ditengah-tengah rasa frustasinya karena  harga dirinya sebagai seorang  artis kini sudah luluh lantak karena  diperkosa oleh seorang pria tua.
“Tenang,  manis.. ntar kalo kontol gue udah masuk ke memek lo juga ga  akan  kerasa diperkosa.. Percaya deh..” Oom Tinton masih sempat memberi   bujukan manis ditengah pergumulannya dengan kedua toket Wulan yang   kencang sempurna.
“Hmmmmgggbbbrrr….” Wulan pun bergidik kegelian  ketika kumis Oom Tinton  bergesekan dengan puting toketnya. Dengan  bernapsu, Oom Tinton menyapu  puting kencang Wulan dengan sedotan dan  jilatan lidahnya yang dengan  telaten mengenyot lalu menjilati toketnya  layaknya jilatan seekor kucing  garong.
Tubuh Wulan Guritno yang  sudah dua kali dibuai puncak orgasme,  sekarang basah oleh keringatnya  sendiri. Kulitnya yang putih pualam  nampak berkilauan karena  keringatnya yang berpadu dengan mengkilatnya  air liur Oom Tinton di  berbagai bagian tubuhnya, membuat tubuh telanjang  Wulan menjadi semakin  seksi dan membuat napsu Oom Tinton langsung naik  sampai ke ubun-ubun.  Kontol Oom Tinton pun sudah mengeras bagai besi,  siap menghujam memek  Wulan yang sudah becek dan mengkilat mengundang.
“Gue ga  tahan lagi, Gur! Kontol gue udah pengen ngegenjot memek lo  nih..” Oom  Tinton pun tanpa sadar memanggil Wulan dengan panggilan  sayang yang  biasa dipakai anaknya sendiri. Tanpa menunggu reaksi Wulan,  ia pun  langsung melesakkan kontol kerasnya ke lubang memek Wulan  dalam-dalam.
“Aaaaaahhhhnnnnjiiingggg!!”  Wulan pun berteriak kaget, karena kontol Oom  Tinton yang besar dan  keras langsung menusuk dan memenuhi memeknya. Ia  tak pernah merasakan  memeknya begitu penuh sehingga setiap urat kontol  Oom Tinton pun bisa  ia rasakan menggesek-gesek dinding memeknya. Sensasi  yang baru pertama  kali ia rasakan ini langsung melawan hati nuraninya  sendiri, karena  walau ia sebenarnya merasa jijik dan ga bisa terima  dengan perkosaan  yang dilakukan Oom Tinton Soeprapto, tapi memeknya  seakan berkhianat  dengan perasaannya. Memeknya seakan sedang bergelora  dan merayakan  pengalaman baru yang baru saja ia rasakan, karena kontol  sebesar dan  sekeras ini ternyata membawa rasa nikmat yang sungguh sulit  untuk  dilawan.
“Plep, Plep.. plephs…” Bunyi paha Oom Tinton yang  beradu dengan  pantat Wulan mengisi ruang tamu apartemen mewah milik  Ananda Mikola ini.
Wulan Guritno yang sedang dilanda rasa gelisah  dan dilema ini akhirnya  menyerah kepada rasa nikmat yang diterima oleh  memeknya dengan pasrah.  Ia hanya bisa memejamkan mata dan berusaha  membayangkan ia sedang  dientot oleh orang lain, cowok lain, ia bahkan  mencoba membayangkan  pacarnya, Adilla Dimitri yang belum pernah  mengentotnya dengan seenak  ini. Pokoknya siapapun selain Oom Tinton  yang gemuk dan jelek, yang  sekarang sedang memompa memeknya dengan  penuh napsu.
Melihat perlawanan Wulan yang mulai melunak, Oom  Tinton mulai melepaskan  kuncian tangannya. Ia mencoba mengelus-ngelus  wajah Wulan yang sedang  memejam keenakan dengan gerakan kontolnya yang  dengan mahir berputar dan  bergelut maju mundur memainkan klitoris dan  memeknya dengan jurus  mautnya.
Jarinya membelai lembut bibir  Wulan yang merekah basah, dan sedikit  terbuka karena Wulan tak tahan  untuk tidak mendesah merasakan memeknya  mulai menerbitkan gairah  orgasme berikutnya yang rasanya akan menjadi  rekor orgasme terdahsyat  yang pernah dialaminya.
Melihat Wulan yang kini sudah benar-benar  pasrah diperkosa olehnya, Oom  Tinton pun memasukkan jarinya ke dalam  mulut Wulan yang mungil. Ia ingin  melihat reaksinya dan meyakinkan  apakah Wulan sudah benar-benar dalam  pengaruh kuasa birahinya. Sengaja  ia tak bersuara sedikitpun, agar Wulan  tetap bisa berkonsentrasi  memanjakan bayangannya sendiri akan pacarnya,  Adilla yang sedang  memompa memeknya. Oom Tinton dengan sabar menunggu  sampai Wulan  benar-benar jatuh kedalam kuasa birahinya, karena rencana  berikutnya  yang ia siapkan membutuhkan kondisi Wulan yang benar-benar  dalam  kondisi terangsang hebat sehingga ia rela melakukan apa saja  untuknya.
Telunjuk  Oom Tinton yang sudah masuk ke mulutnya, langsung disambut  dengan  kuluman dan permainan lidah Wulan yang sekarang sudah lupa dengan  siapa  yang sedang menggenjot memeknya. Ia sudah tak sadar bahwa seorang  oom  gendut sedang mengocok kontolnya dengan penuh perasaan di dalam   memeknya. “Sluuurpp.. Sleeph..Ooohh, Hssshhhh…” bunyi mulut Wulan   Guritno yang sedang mengulum telunjuk Oom Tinto, menjadi makin kencang   dan bercampur dengan erangan dan desahannya karena ia merasakan memeknya   mulai berkedut bergelora menandakan gelombang orgasme terdahsyat akan   segera dialaminya.
“Mmmhhh… terus Dil,.. so good  Dil…Hmmmhhhhaaaaahhh!!” Wulan pun mulai  meracau tak keruan dilanda  gelombang birahi yang mendaki semakin  kencang. Kedua tangannya malah  sekarang sudah beralih dan meremas  sekaligus mencakar bokong Oom  Tinton, seakan-akan ia minta untuk  digenjot dengan lebih keras dan  lebih kencang.
Melihat Wulan yang sudah mulai tak bisa  mengontrol birahinya, Oom  Tinton pun yakin dan merasa siap untuk  melancarkan aksi berikutnya.
Ia menghentikan kocokan kontolnya,  lalu “Phloopphh..” ia pun menarik  kontolnya yang besar dari lubang  memek Wulan yang masih hangat  bergelora. Kontolnya basah luar biasa  oleh cairan memek Wulan yang sudah  membanjiri selangkangannya sendiri  sehingga tampak mengkilat sempurna.
Sebelum Wulan Guritno yang  sedang dilanda birahi dengan dahsyat ini  protes karena kocokan  kontolnya terhenti, ia pun memijat-mijat kedua  toket kencang Wulan  dengan gerakan dan remasan yang membuat Wulan  sejenak teralihkan,  “Hhhmmmmhhhh… Dilla, it feels good, baby….”
Kemudian, Oom  Tinton pun dengan perlahan merengkuh tubuh Wulan dan  memeluknya. Dengan  sangat berhati-hati ia mengulum dan menjilat leher  Wulan untuk  merangsangnya lebih dalam lagi. Hasilnya, “Aaaaahhhsss…  Dillaaaa.. give  me more sayang..” Wulan pun merespon rangsangan di  lehernya dengan  desahan mesra.
Oom Tinton tersenyum puas akan kondisi Wulan yang  sudah pasrah ini. Ia  membalikkan tubuh Wulan dengan perlahan, sehingga  kini wajah Wulan  membelakanginya. Tubuh Wulan dalam posisi menungging  dan bokong Wulan  yang kencang dan mengkilat ini kini menempel dengan  paha Oom Tinton.
Sambil membelakangi, Wulan pun tersenyum simpul  sendirian, “Hmmm.. Gosh,  doggie style is my favourite.. Masukin kontol  lo cepetan, baby…”
Sambil tetap mengelus-elus toket Wulan  yang tetap kencang walalupun  kini menggantung bebas, tangan Oom Tinton  yang lainnya meraih kontolnya  sendiri, lalu menggesek-gesekannya ke  lubang memek Wulan yang masih  menganga dan becek oleh cairan cintanya.  Gesekan kontol Oom Tinton yang  keras ini semakin membuat Wulan tak  tahan akan rangsangan yang diterima  memeknya, “Ngggghhhhgg… come on  Adill… gue mau kontol lo, baby… Fuck me  hard.. Aaahhhh…”
Ternyata  gesekan kontol Oom Tinton sengaja dilakukan untuk melumasi  kedua  lubang di bokong Wulan. Oom Tinton dengan lihai meratakan cairan  memek  Wulan sehingga kedua lubangnya kini sudah basah dan siap untuk  dientot  lagi.
Wulan Guritno yang sudah larut dalam birahinya tak sadar  bahwa sebentar  lagi, lubang anusnya yang masih perawan akan segera  dijebol oleh Oom  Tinton. Ia masih mengira bahwa Moreno yang  dibayangkannya akan  meneruskan genjotan kontolnya di memeknya yang kini  sudah menganga lebar  berkedut-kedut mendambakan kocokan kontol besar  dan keras yang tadi  sudah mengaduk-ngaduk menyebarkan rangsangan di  sekujur dinding  memeknya.
Tak tahan dengan gairahnya  sendiri, akhirnya Oom Tinton pun  memposisikan kontol besarnya persis di  lubang anus Wulan yang masih  perawan. Kemudian dengan kedua tangannya  yang memegang bokong kencang  Wulan sebagai pegangan, ia pun berujar,  “Here we go, babyyyy!!!” dan  kontolnya yang basah dan mengkilat itu pun  ia hujamkan dengan paksa  kedalam lubang anus Wulan yang sempit dan  masih seret itu.
“AAAAAAAAAARRRRGHHHHHHHGGGGGG!!!!” Wulan pun  berteriak kesakitan luar  biasa. Matanya langsung melotot membuka dan  membuyarkan mimpi indahnya  yang sedang membayangkan dirinya dientot  dengan mesra oleh Moreno  Soeprapto yang sudah lama ingin ia cicipi  permainannya.
“Aahhh… gila Gur! sempit banget bool lo!  Hhhhh… ” Oom Tinton pun  akhirnya tak tahan untuk membuka suaranya,  karena ia merasakan nikmat  luar biasa dari sempitnya lubang anus Wulan  yang masih perawan ini.
“HHHHGGGHHHH!! Anjiiiing…  sakiiiiittttttt!!! AAAGGGHHH!!” Wulan pun  mulai kembali meronta-ronta  karena rasa ngilu dan sakit yang amat sangat  segera menjalar dari  lubang anusnya ke sekujur tubuhnya.
Selama ini ia tak pernah rela  membiarkan lubang anusnya dimasuki oleh  kontol siapapun, karena ia tak  berani membayangkan rasa sakit yang harus  dialaminya. Namun kali ini,  rasa sakit yang sangat ia takuti ini  terpaksa ia rasakan dengan cara  yang sama sekali tidak menyenangkan,  diperkosa oleh Oom Tinton  Soeprapto.
“Jangan takut sayang.. lama-lama bool lo juga biasa  kok. Sumpah! bool  elo ini enak bangetthh..” Oom Tinton pun dengan bebas  kini  mengelus-ngelus pantat Wulan yang kenyal, sambil memeganginya  karena  Wulan Guritno yang sedang mengalami anal seks pertamanya meronta  hebat  menaikkan pantatnya naik dan turun berusaha untuk mengurangi  rasa sakit  yang dialaminya.
“Blobs.. Plopphhs… Bloohbbs.”  kembali bunyi pantat Wulan yang beradu  dengan selangkangan Oom Tinton  mengisi permainan seks mereka berdua.  Cairan sperma Oom Tinton yang  selama ini sudah tertahan di dalam kontol  besarnya, mulai merambat naik  dan menaikkan gelombang orgasme di dada  Oom Tinton. Kontolnya yang  semakin basah, membanjiri dinding anus Wulan  sehingga secara perlahan  rasa ngilu dan sakit yang dirasakan Wulan pun  berkurang. Perlawanan  yang diberikan Wulan Guritno pun kini melemah,  terutama karena memang  tenaganya sudah semakin habis digunakan untuk  meronta-ronta, namun  selain dari itu, ia pun kini mulai merasakan rasa  nikmat yang lain dari  genjotan kontol yang mengisi lubang anusnya.
Selama ini ia hanya  mengenal rasa nikmat yang khas dari kedutan  memeknya, namun gesekan dan  kocokan kontol yang kasar kali ini mengisi  lubang duburnya memancarkan  sensasi baru yang kalau ia rasakan lebih  dalam, ternyata membawa  kenikmatan tersendiri juga.
“Guur… gue mulai ga tahan  niiih.. Kenceng banget bool elo sayang.. ”  Oom Tinton yang sedari tadi  menahan gelombang orgasmenya, pun mulai  menggenjot dubur Wulan dengan  kecepatan penuh seakan ingin meledakkan  spermanya secepat-cepatnya.
“Hhggglllggghhhh…  Aaahhhhsss… Sshhhhh.. ” Wulan pun kini mengerang  tertahan dan semakin  menyerah kepada rasa nikmat yang baru pertama kali  ia alami dari  kocokan kontol Oom Tinton di dubur perawannya.
Ketika lubang  anusnya sedang digenjot dengan kecepatan tinggi oleh  kontol Oom Tinton,  memeknya yang masih menganga seakan minta perhatian  dan mengirimkan  rasa gatal kepada Wulan, sehingga tanpa ia sadari,  tangan Wulan yang  tadi sibuk meronta-ronta, meraih klitorisnya sendiri  dan menggosoknya  dengan kecepatan yang tak kalah tinggi dengan kocokan  kontol Oom Tinton  di lubang duburnya yang perawan.
“Uaaaarrrrhhhh… cepetan Oom!!  Aaarrrrggghhh!!” Wulan pun tanpa sadar  berteriak memanggil pemerkosanya  untuk segera memberikannya gelombang  kenikmatan yang sudah lama ia  tunggu. Tangannya semakin kacau menggosok  klitorisnya yang sudah  mengeras siap meledakkan orgasmenya yang ketiga.  Sementara lubang  anusnya pun mulai memijat-mijat kontol Oom Tinton yang  juga sudah mulai  berkedut-kedut tak terkendali siap memuncratkan lahar  spermanya di  dalam lubang dubur Wulan.
“AAH, Aaaahhh, GGGHHHHHH,  KONTOOOOOOLLLL!!!!” Oom Tinton pun  berteriak kencang sambil  menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke lubang  dubur Wulan ketika  akhirnya kontolnya meledakkan seluruh spermanya yang  sudah tertahan  selama beberapa jam.
“GOOOODDDDHHHH!! AAAAAAAUUUUUHHHHHSSSS!!!!!”  Wulan pun berteriak tak  kalah kencang dalam waktu yang bersamaan karena  memeknya akhirnya  mengabulkan gelombang orgasme yang ketiga membanjiri  seluruh ruang di  dalam memek Wulan Guritno yang sebelumnya tak pernah  sedahsyat ini  dibanjiri kenikmatan dan olah permainan seks yang sungguh  bergelora.
Tubuh mereka berdua pun ambruk dan dengan lunglai  saling bertindih di  atas sofa empuk di tengah ruangan. Oom Tinton  terdiam merasakan kedutan  kontolnya yang masih sekali dua kali berkedut  memuncratkan sisa-sisa  spermanya ke dalam lubang dubur Wulan yang  sudah tak mampu menampung  semua spermanya, sehingga mulai membanjir dan  luber hingga menetes ke  memek Wulan. Sementara Wulan Guritno yang baru  saja diperkosa oleh ayah  dari mantan pacarnya juga terdiam, merasakan  kedutan kencang dari  memeknya yang seakan berterima kasih padanya  karena sudah lama tak  pernah merasakan kocokan kontol lelaki dan kali  ini langsung mendapatkan  kepuasan maksimal tiada tara.
Oom  Tinton yang lebih dulu sadar, pun bangkit dari sofa empuk ini.  Lalu  sambil mengelus rambut Wulan yang halus, ia berujar, “Makasih ya   Cantik. Udah lama oom pengen ngerasain ngentot sama kamu. Dan terbukti,   penantian oom selama ini terbayar lunas dan Oom puaass banget..”
Wulan  Guritno yang masih terpejam tak menjawab dan tak berani membuka   matanya. Ia sadar, bahwa sebenarnya dirinya marah luar biasa karena   perkosaan yang dilakukan Oom Tinton benar-benar memalukan dan tak bisa   diterimanya. Namun demikian, pengalaman seks yang baru pertama kali ia   alami ini juga betul-betul dahsyat dan membuatnya lupa diri akan siapa   yang bermain cinta dengannya. Ia tak lagi merasa diperkosa, namun ia   merasa diajari suatu permainan baru yang seakan membuka lembaran baru   dalam hidupnya.
Lalu, tiba-tiba sebuah suara yang sama  sekali tak disangka oleh Wulan  pun menyapanya lembut, “Guurr..  .goyangan elo hebat banget, beib.. Kalo  bukan gue utang sama bokap gue,  bisa jadi gue yang merawanin bool keren  lo itu, sayang..”, Ananda  Mikola duduk sambil mengecup kening Wulan  Guritno.
Mendengar  suara Ananda Mikola yang akhirnya muncul setelah perkosaan ini   berakhir, ia pun membuka matanya dan semakin terkejutlah ia melihat   Ananda Mikola jongkok di depannya ternyata memegang handycam yang sudah   sedari tadi menyorot mukanya yang terpejam masih merasakan sisa   kenikmatan di kedutan memeknya.
Menyadari perkosaan yang  memalukan ini sedari tadi direkam oleh  Ananda Mikola, bekas pacarnya  ini, ia pun tak berani membayangkan apa  yang bisa Ananda perbuat dengan  rekamannya itu.
Wulan Guritno yang telanjang dan basah oleh  keringat, pun dengan gontai  berusaha bangkit sambil berujar lemah, ”  Anjiing!! Lo emang bangsat,  Nan!”
Mendengar makian Wulan, Ananda  Mikola pun tersenyum gembira sambil  memonyongkan bibir khasnya, seakan  memberi kecupan kepada Wulan. Ia  sudah tak sabar untuk segera  mengirimkan hasil rekaman perkosaan Wulan  Guritno ini kepada  pemesannya, seorang yang sudah bernegosiasi alot  dengannya dan  meyakinkannya
untuk merekam Wulan Guritno menjadi obyek perkosaan ayahnya sendiri.
Ia  tak kuasa menampik tawaran yang ia terima dari orang ini, sehingga   akhirnya ia pun terpaksa merelakan bekas pacarnya yang sebenarnya masih   ia sayangi ini dinodai.
“Aah.. sorry Gur. But life goes on, beib!” ujar Ananda dalam hati.


- Dilarang promosi disini !
- Dilarang meninggalkan link aktif !
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten !
Follow Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon